logo nusantara bertutur

 

 

 

Ada sebuah tradisi unik yang harus dilakukan oleh anak laki-laki di Bawomataluo, Nias Selatan. Tradisi itu adalah Hombo Batu atau lompat batu, yaitu melompati bangunan tembok batu setinggi 2 meter.

Sejak umur 10 tahun, anak laki-laki di Pulau Nias sudah dilatih untuk bisa melakukan hombo batu. Dan tahun ini adalah giliran Ulo.

“Bagaimana Ulo, kamu sudah siap untuk melakukan Hombo Batu? Tahun ini sudah saatnya kamu berlatih, agar kelak menjadi pemuda Nias yang tangguh.”

“Siap Ama,” kata Ulo lantang kepada Ayahnya. Ama adalah panggilan untuk Ayah dalam bahasa Nias.

“Hombo Batu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Ama harap kamu tidak mudah menyerah, Ulo,” kata Ama.

Keesokan harinya untuk melatih ketangkasan Ulo, Ama memasang dua buah tiang bambu saling bersebelahan di tanah pekarangan. Ama juga menyusun batu-batu yang akan dilompati. Batu-batu itu disusun dengan  ketinggian setengah meter.

Ama lalu beberapa kali mencontohkan cara melompat batu yang benar kepada Ulo. Ulo pun memperhatikan seksama.

Ulo lalu mulai mempraktekkan melompati susunan batu itu  dengan penuh semangat. Ia mencoba melompat, dan ternyata pada percobaan pertama ia berhasil.

Namun pada lompatan ketiga Ulo kehilangan keseimbangan.

“Aduh, sakit Ama,” Ulo mengaduh kesakitan. Kakinya terantuk batu dan mengalami cedera.

Selama seminggu Ulo menjalani pengobatan pada kakinya agar bisa sembuh seperti sedia kala. Setelah kaki Ulo membaik, ia kembali berlatih.

Ulo mendengar nasehat dari Ama yang juga seorang pelompat batu yang handal.

“Tradisi Hombo Batu diwariskan secara turun-temurun dari setiap keluarga, dari ayah kepada anak laki-lakinya. Kakekmu dahulu juga seorang pelompat batu handal. Jadi sudah seharusnya kamu menjaga warisan nenek moyang kita. Ama yakin, kelak kamu pasti bisa menjadi pelompat batu handal, asal tekun berlatih,” tutur Ama bijak.

Ulo tidak hanya tekun berlatih melompati batu, tapi juga belajar teknik mendarat yang tepat agar kakinya tidak cedera.

Selama  Ulo terus berlatih dengan tekun dalam beberapa bulan,  ketinggian susunan batu yang harus dilompati Ulo pun secara bertahap terus ditingkatkan oleh Ama.

Dan kini Ulo sudah berlatih untuk mencoba melompati susunan batu dengan ketinggian satu meter.

Sebelum melompat, Ulo mengambil ancang-ancang. Kemudian ia melaju kencang, menginjakan kakinya pada sebongah batu kecil, lalu melayang ke udara melewati batu besar setinggi satu meter itu. Ulo pun bisa mendarat dengan baik dan mulus. .

Ama tersenyum bangga melihat keberhasilan Ulo. Hombo Batu memang tidak mudah dilakukan oleh semua orang. Namun dengan ketekunan dan kerja keras, Ulo bisa juga melakukannya.  Pada akhirnya ketekunan berusaha tidak akan mengkhianati hasil. *

Penulis: Yeni Endah
Pendongeng: Kang Acep
Ilustrasi: Regina Primalita