logo nusantara bertutur

 

 

 

Kurang lebih satu jam, ayah sudah memarkirkan mobil di pelataran parkir Candi Borobudur. Setelah itu, keempatnya berbaur dengan wisatawan lainnya berjalan kaki menuju candi.

“Mana dinding-dinding yang bisa bercerita itu, Ayah?” tanya Lilis begitu mereka sampai di muka candi.

“Ini dia.” Ayah menunjuk ke dinding candi. “Gambar timbul seperti ini dinamakan relief. Pada setiap tingkatan Candi Borobudur, kita bisa menjumpai pahatan relief-relief yang membentuk suatu cerita.”

Lilis manggut-manggut. Tangannya menelusuri relief yang berkisah seputar panen padi dan jagung. “Wow, ukiran padinya detail sekali,” tuturnya kagum.

Pahatan timbul pada dinding Borobudur menampilkan beragam gambar seperti aneka hewan, tumbuhan, sosok pertapa, rakyat jelata, juga bangsawan. Salah satu relief terkenal adalah pahatan yang menggambarkan sebuah kapal kayu bercadik khas Nusantara yang menunjukkan kebudayaan bahari di masa purbakala.

Lilis terlihat bersemangat melihat relief-relief di dinding candi. Sementara itu  Mbak Farah sibuk mencatat dan sesekali memotret obyek tertentu untuk keperluan pembuatan makalahnya.

“Cerita-cerita di relief Borobudur ini tentang apa, Ayah?” tanya Lilis.

“Reliefnya mencerminkan ajaran Sang Buddha. Bagian paling bawah atau Kamadatu menyimbolkan perilaku penuh angkara murka dan hawa nafsu yang bisa menyebabkan sesorang masuk neraka. Bagian tengah terdiri dari tiga tingkat yang disebut Rupadatu atau tempat manusia dibebaskan dari nafsu duniawi, sedangkan bagian atas termasuk tiga teras melingkar ini mengarah ke pusat kubah atau Arupadatu, yakni tempat para dewa bersemayam atau nirwana,” tutur ayah panjang lebar.

Tak terasa cukup lama mereka mengelilingi Candi Borobudur. Lilis dan keluarganya kemudian menuruni candi dan menuju pasar wisata untuk berbelanja oleh-oleh. *

Penulis: Elisa DS
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita