Di sekolah, Danu berkali-kali mendapat pengarahan dari gurunya, Ibu Dina, tentang cara berpidato yang baik. Sebulan lagi, Danu akan mewakili sekolahnya dalam lomba pidato tingkat Sekolah Dasar se-Kabupaten Semarang.
“Ketika kamu berkata, Indonesia Bersatu, Indonesia Berjaya, maka kamu harus semangat, Danu. Kepalkan tanganmu, pandanglah ke depan! Agar para penonton bisa merasakan semangat yang kamu sampaikan lewat isi pidatomu itu,” ujar Bu Dina.
Danu mencoba instruksi Bu Dina itu. Namun hasilnya belum seperti yang diharapkan.
“Mungkin, hari ini cukup latihannya. Besok, kita latihan lagi ya, Danu,” ucap Bu Dina. Danu mengangguk.
“Ayah, sepertinya Danu kurang berbakat berpidato, deh. Dari tadi Danu kena tegur terus Bu Dina,” keluh Danu.
“Siapa bilang kamu tak berbakat? Kalau tak berbakat, kamu tak akan ditunjuk oleh sekolah,” tanggap Ayah.
“Tapi kata Bu Guru, Danu pidatonya masih sering kurang maksimal,” ungkap Danu.
Ayahnya lalu menyemangati. “Semua kan butuh proses, Danu. Butuh waktu, kesabaran, ketekunan, semangat pantang menyerah, dan juga keyakinan, bahwa suatu saat nanti pasti akan bisa! Setelah berusaha maksimal, kita serahkan hasilnya pada Tuhan.”
Ayah lalu berkata lagi. “Dahulu, sebelum menjadi orator ulung, Bung Karno adalah seorang yang tekun berlatih berpidato. Sejak remaja, Bung Karno sering bicara sendiri, belajar berpidato di kamarnya sendiri.”
“Bicara sendiri?” Danu mengerenyitkan dahi.
”Iya, Danu. Itu salah satu cara Bung Karno agar bisa fasih berpidato. Coba Danu terapkan cara itu. Siapa tahu bisa membantumu lancar berpidato. Ingat Nak, tidak ada juara yang lahir dalam satu malam,” ujar Ayah.
Danu lalu terdiam. “Baiklah, Ayah. Danu tak akan mengeluh lagi!” ucapnya semangat.
Semenjak itu, Danu sangat giat dan tekun berlatih berpidato. Tak hanya berlatih sendiri seperti saran Ayah, ia juga memberanikan diri berlatih di depan teman-teman sekelasnya. Selain itu, ia juga sering menonton video orang-orang yang mahir berpidato. Ia juga selalu mendengarkan petunjuk dari Bu Dina.
Hari perlombaan pun tiba. Danu hadir di lomba dengan rasa percaya diri yang cukup. Karena giat dan tekun berlatih, ternyata telah menempa mentalnya.
Danu akhirnya tampil di lomba dengan tenang dan mampu membawakan pidato dengan sangat baik. Para juri dan penonton sampai terbius dengan penampilannya. Usai berpidato ia mendapat tepuk tangan yang meriah.
Saat pengumuman tiba, Danu berhasil menyabet juara ketiga.
“Selamat atas kerja kerasmu, Danu,” seru Bu Dina dengan bangga. Teman-teman Danu pun berebut mengucapkan selamat.
“Terimakasih Bu Dina, terimakasih teman-teman,” ucapnya terharu. Kini, Danu telah memetik buah dari ketekunan dan kerja kerasnya selama ini. *