Cinta remaja itu sederhana. Dia hanya mementingkan perasaan dan diri sendiri. Dia juga naif dan lugu sehingga tak jarang melakukan kesalahan yang tak perlu. Kesederhanaan itulah yang diangkat oleh Dilan 1991.

Kelanjutan dari Dilan 1990 yang dirilis setahun silam, penonton kembali disuguhi kisah cinta dua anak SMA, Dilan (Iqbaal Ramadhan) dan Milea (Vanesha Prescilla). Bagi yang belum menonton film sebelumnya mungkin akan meraba-raba tentang apa yang telah terjadi.

Melanjutkan kisah sebelumnya, keduanya sekarang sudah resmi berpacaran. Hidup terasa sangat indah bagi pasangan remaja ini. Meski hanya naik sepeda motor hujan-hujanan keliling Bandung atau makan gerobakan di pinggir jalan, tak dapat merampas kebahagiaan mereka. Apalagi, Dilan masih tetap dengan kekonyolan dan rayuan gombalnya yang khas.

Dilan 1991

Namun, buntut dari perkelahian dengan Anhar pada film terdahulu, Dilan terancam dikeluarkan dari sekolah. Milea terus mengkhawatirkannya yang gemar berkelahi. Dia tidak ingin hal buruk menimpanya.

Alih-alih mendengarkan Milea, Dilan dan kawanan geng sepeda motornya justru merencanakan balas dendam ketika suatu kali ia dikeroyok orang tak dikenal. Milea yang memergoki Dilan saat bersiap hendak menyerang, mengancam memutuskan hubungan mereka.

Dilan 1991

Pada saat bersamaan, muncul Yugo, sepupu jauh Milea yang selama ini tinggal di Belgia. Yugo ternyata menaruh hati pada Milea. Semua menambah kekusutan situasi yang dihadapi Milea.

Baca juga : Review Film Foxtrot Six (2019)

Sederhana

Sama seperti film terdahulu, Dilan 1991 masih menampilkan problematika remaja yang bagi orang dewasa terasa remeh. Namun, justru di situlah kekuatannya. Itu sebabnya film ini tak hanya menarik minat penonton muda, tetapi juga penonton (setengah) tua yang kangen akan masa remajanya. Kedua segmen itu menjadi peluang untuk menarik penonton berbondong-bondong menyaksikan film ini.

Dilan 1991

Pada era 1990-an, teknologi belum secanggih sekarang. Telepon umum dan surat-suratan menjadi sarana komunikasi, yang membuat siapa saja yang pernah mengalaminya akan senyum-senyum sendiri. Kesederhanaan itulah yang kini hilang dan banyak dirindukan. Dan, rangkaian film Dilan mampu memenuhi hasrat tersebut.

Kedua pemeran, Iqbaal dan Vanesha, tampak sudah menyatu dengan karakter yang diperankan. Sosok yang diperankan Iqbal sebagai “panglima tempur” geng sepeda motor yang apa adanya namun idealis kali ini makin kental. Sementara Milea mewakili remaja kebanyakan, menginginkan hidup yang “baik-baik” saja. Itulah yang menjadi sumber konflik, di satu sisi ia tertarik pada sosok laki-laki yang tidak biasa, tetapi pada saat bersamaan, ia juga ingin laki-laki itu menjadi sosok yang biasa—dalam arti anak baik-baik pada umumnya.

Dilan 1991

Bandung, kota yang menjadi latar cerita, pada era tersebut juga masih dingin dan sepi. Tidak seriuh sekarang, apalagi saat akhir pekan yang sesak oleh kendaraan wisatawan. Meski tidak terlalu banyak ditampilkan, film Dilan cukup mampu menghadirkan suasana Kota Kembang sekitar dua dekade silam.

Dilan 1991
Foto-foto: dokumen MAX Pictures

Bagi yang mengikuti kisah pada buku, film ini akan terasa lebih mudah diikuti. Titien Wattimena dan Pidi Baiq mampu mengadaptasi narasi yang semula bergaya buku harian, melompat-lompat dari satu cerita ke cerita lain, menjadi kisah yang utuh dan runtut.

Sebagai kisah cinta remaja, Dilan 1991 mampu menghadirkan formula yang menarik minat banyak penonton. Formula yang dimulai pada film terdahulu, tampaknya masih diminati hingga kini. Kisahnya biasa saja, cenderung naif, tetapi terasa orisinal. Tidak akan terlalu mengagetkan jika Dilan 1991 kembali mengulang sukses pendahulunya.

Produser:
Ody Mulya Hidayat

Sutradara:
Fajar Bustomi, Pidi Baiq

Skenario:
Titien Wattimena, Pidi Baiq

Pemeran:
Iqbaal Ramadhan, Vanesha Prescilla, Ira Wibowo, Bucek, Zara Jkt48, Andovi Da Lopez, Happy Salma, Farhan, Brandon Salim

Rilisan:
Indonesia

Tayang perdana:
28 Februari 2019