Itulah yang dirasakan Adonis Creed alias Donnie (Michael B Jordan). Ia sukses menapaki tangga juara dunia tinju dan menikmati kehidupan yang menyenangkan dengan istrinya, Bianca (Tessa Thompson), dan anaknya, Amara. Seiring dengan sukses karier musik istrinya dan anak yang kian besar, Donnie memutuskan untuk berhenti bertarung di atas ring.
Donnie menikmati hidup sembari tetap bersentuhan dengan dunia tinju dengan mengelola sasana tinjur Delphi. Semua tampak baik-baik saja hingga suatu ketika ia bertemu dengan seseorang dari masa lalu, yaitu Damian Anderson alias Dame (Jonathan Majors).
Ternyata, ada persoalan masa lalu yang belum selesai di antara mereka berdua. Persoalan itu terus menghantui Donnie hingga akhirnya ia tersadar bahwa satu-satu jalan untuk terbebas adalah dengan menghadapinya. Apakah hantu masa lalu itu dan mampukah Donnie mengatasinya?
Mudah ditebak
Hantu masa lalu bukan hal yang baru. Banyak film mengolah tema ini, tentang bagaimana karakter utama harus berdamai atau melawan masa lalu. Apa yang disajikan Creed III sudah dapat ditebak dari adegan awal cerita yang mengisahkan bagaimana Donnie dan Dame pernah berteman akrab.
Tidak mudah melawan kejadian traumatis. Donnie memilih untuk melupakannya. Jalan pelarian Donnie toh membuahkan hasil yang manis. Ia fokus untuk menjadi petinju profesional yang sukses mengikuti jejak ayah dan mentornya.
Namun, kejayaan yang diraih memiliki sebuah fondasi rapuh dari masa lalu kelabu. Ketika fondasi rapuh itu diulik, Donnie pun gamang, ragu harus memutuskan bagaimana. Sebagai juara dunia yang sukses, rasanya Donnie sudah menjalani dan mengalahkan semuanya.
Seperti dituturkan penulis skenario Zach Baylin, ia ingin Creed III meneruskan tradisi yang dibangun dalam film-film Creed terdahulu, bahkan kisah Rocky Balboa. Waralaba ini sukses mengawinkan aksi di atas ring tinju dengan drama pribadi pelakunya.
Akan tetapi, kilah Baylin, ia tidak ingin sekadar menggali sejarah Rocky. “Kami ingin menjelajahi di mana Adonis dan keluarnya berada secara emosi saat ini, yang merupakan saat perubahan besar bagi mereka semua. Kami ingin bercerita tentang tanggung jawab dan rasa bersalah dan penyintas penyesalan. Dan, kami ingin menciptakan sebuah karakter pada Dame yang menantang semua yang telah dibangun dan diyakini Adonis layak ia peroleh, seseorang yang menghadirkan gempa yang sesungguhnya dalam kehidupannya.”
Antagonis semenjana
Meski demikian, Dame sebagai sosok antagonis terasa semenjana. Benar bahwa ia menghadirkan gempa bagi Donnie dan keluarganya. Namun, tidak jelas benar mengapa ia harus dihindari atau dimusuhi.
Bahkan, ketika Dame hadir kembali, ia tidak membawa ancaman atau terkesan arogan. Sebagai musuh, Dame tidaklah “berbahaya”. Apa yang dialami Donnie dan Dame adalah pembuktian tentang diri mereka sendiri.
Film ini lebih banyak berkisah tentang bagaimana Donnie dan Dame bergulat dengan perasaan dan keinginan mereka sendiri.
Adegan tarung di atas ring yang tidak terlalu banyak porsinya hanya menjadi pamungkas yang menentukan, seberapa jauh masing-masing karakter komit dengan yang mereka yakini. Pada bagian ini, penonton disuguhkan adegan tarung dengan sudut-sudut pengambilan gambar yang menawan.
Pada akhirnya, Creed III menghadirkan pelajaran tentang menerima kesalahan masa lalu. Dan, tentu saja, sosok juara sejati harus mengutamakan sportivitas. Sesuatu yang selalu melekat pada film-film bertema olahraga.
Meski merupakan kelanjutan dari kisah-kisah terdahulu, Creed III tetap dapat dinikmati sebagai film tersendiri. Creed III sudah dapat disaksikan di layar-layar bioskop Tanah Air.
Review overview
Summary
8Creed III berkisah tentang seseorang yang meraih berbagai sukses dan diperhadapkan dengan masa lalu yang menghantui.