Pada dasarnya, setiap orang memiliki karakter dan potensi yang melekat dalam diri masing-masing. Hal tersebut bisa dikenal dengan istilah personal branding. Citra diri seseorang berpotensi menjadi nilai jual. Seperti kata Jeff Bezos, pendiri Amazon, “Personal branding adalah apa yang dibicarakan oleh orang-orang lain tentang kamu ketika kamu sedang tidak ada di ruangan tersebut.”

Pada era digitalisasi ini, juga adanya dampak pandemi Covid-19, persaingan di industri semakin meningkat. Tidak hanya perusahaan yang bersaing dalam meningkatkan penjualan melalui brand image di mata konsumennya, tetapi juga orang-orang, terutama mereka yang mencari peluang karier, juga berkompetisi untuk memberikan kesan positif kepada pihak perusahaan melalui berbagai medium komunikasi.

Melihat pentingnya edukasi ini sebagai bekal untuk merepresentasikan kepribadian, khususnya bagi generasi muda yang masih dalam tahap pengembangan diri, Kognisi mengadakan webinar yang bertajuk “Build Proper Personal Branding” pada 1 Oktober 2020. Webinar ini dibawakan Viola Oyong sebagai employer branding consultant dan dihadiri oleh lebih dari 400 peserta.

Formula dasar “personal branding”

Menurut perempuan yang akrab disapa Viola ini, kunci dari personal branding akan berujung pada suatu kesempatan, seperti wawancara, mendapat pekerjaan, promosi, dan bahkan kemitraan. Oleh karena itu, harus didasari dengan tujuan yang jelas. Jika memiliki persona disertai dengan usaha yang kuat untuk memperkenalkannya di berbagai medium, kesempatan akan datang dengan sendirinya.

Dalam pembentukan personal branding melalui media sosial orang cenderung memikirkan konten terlebih dahulu. Padahal, sebelum itu, ada empat komponen dasar yang perlu menjadi fokus, yaitu (1) bangun karakter, (2) tujuan hidup, (3) nilai yang dipegang, dan (4) kompetensi yang dimiliki.

Setelah memahami formula dasar ini, lanjut Viola, penting untuk mengomunikasikan seluruh komponen secara konsisten dalam bentuk konten agar citra tersebut dapat menjadi top-of-mind bagi audiens. “Contoh sederhananya, seseorang akan diakui sebagai food blogger ketika ia selalu mempublikasikan hal-hal yang berhubungan dengan kuliner secara konstan dalam media sosialnya,” imbuhnya.

Mengenal diri lebih dalam dengan “personal branding framework”

Untuk menciptakan citra diri yang positif di mata orang lain, setiap individu harus memahami modal yang dimilikinya, terutama yang mampu membedakan dirinya dengan orang-orang lain. Dalam membangun pemahaman hal tersebut secara menyeluruh, Viola memaparkan suatu metode sederhana yang disebut dengan personal branding framework.

Penerapan metode ini diawali dengan mengetahui tangible brand elements yang meliputi nama, profesi, ketertarikan khusus dalam suatu bidang, serta keunikan kita. Kemudian, tunjukkan credibility yang meliputi prestasi atau kredibilitas yang sudah dimiliki dari pengalaman kerja, pendidikan yang pernah ditempuh, media sosial, serta testimoni dari klien, misalnya.

Perkuat seluruh kredibilitas tersebut dengan pemahaman strength dan skill yang dimiliki karena bagian ini menjadi kesempatan untuk mengeksplorasi diri agar mampu menunjang tahap berikutnya, yaitu pemahaman mengenai core value yang selama ini dijunjung tinggi. Dari situ, seseorang mampu mencapai tahap terakhir, yaitu mengerti purpose dari hidupnya, serta definisi kesuksesan menurutnya pribadi.

Dalam pemaparannya, Viola lebih berfokus pada medium daring. Menurut Viola, “Channel online yang paling familier dengan kita karena paling gampang, audiensnya juga jelas dan orang akan langsung judge kita dengan apa yang ada di online, whether you like it or not.” Oleh karena itu, online persona sangat penting dalam membentuk penilaian publik.

Setiap orang perlu menentukan tujuan dari pembentukan citra dirinya secara daring sebelum memahami cara menampilkannya. “Kalau tujuannya ke arah profesional, yaitu untuk dipekerjakan perusahaan atau mendapat kesempatan karier, tampilkan hal-hal yang sesuai (proper) untuk dilihat publik.” jelas perempuan yang juga merupakan pemilik klinik kecantikan ini.

Memperkuat “online persona”

Dalam menyempurnakan online persona, ada enam langkah yang dapat dilakukan, mulai dengan mempertanyakan “why?” Pada langkah awal ini, setiap orang harus memahami apa yang senang dilakukannya, kekuatan diri, dan apa yang dibutuhkan lingkungan sekitar. Berikutnya, “choose a name”, pilih nama yang mampu mewakili self-image.

“Tujuannya agar waktu di Google, tidak ada orang lain, langsung isinya itu kita. Jika nama kita unik, personal branding akan lebih mudah dilakukan.” jelas Viola.

Selanjutnya, “know your audience” untuk menciptakan nilai dari konten kita. “Audiens perlu disuguhi konten berkualitas yang menyesuaikan minat mereka untuk disampaikan pada platform yang tepat. Terakhir, jangan lupa untuk melakukan secara konsisten,” ungkap Viola.

Sebelum mengakhiri webinar, Viola meninggalkan pesan, “Biarkan karya kalian yang berbicara, jangan pikirkan kata orang. Yang penting, lakukan secara konsisten. Biarkan karya itu yang menjadi bahan untuk kalian melakukan personal branding. Be authentic and real!”

Kognisi adalah produk turunan Growth Center yang merupakan platform berbasis edukasi persembahan Kompas Gramedia yang dibangun pada Mei 2019. Kognisi secara periodik juga mengadakan webinar yang terbuka untuk publik. Informasi lebih lanjut mengenai webinar Kognisi selanjutnya bisa langsung dikunjungi di akun Instagram @kognisikg dan situs learning.kompasgramedia.com (khusus karyawan Kompas Gramedia). Selamat belajar, Kogi Friends! Stay safe, healthy, and sane!

Penulis: Helen Adriana Wijaya, Editor: Sulyana Andikko.