Anak-anak cenderung menginginkan area-area kecil yang bisa dijadikan sebagai “ruang pribadi”. Kamar tidur berukuran standar terkadang kurang memuaskan bagi anak-anak. Mereka mengharapkan area kecil yang benar-benar menjadi miliknya secara privat di dalam kamar. Apabila masih memungkinkan, Anda dapat mengusahakan sudut kamar tidur buah hati untuk mendirikan tenda kecil sebagai ruang bermain.

Untuk memberi kesan ceria, Anda bisa mengecat dinding ruang anak dengan warna-warna cerah tetapi tetap lembut seperti merah pastel, merah muda, hijau, kuning, atau oranye. Hadirkan pula tokoh-tokoh kartun idola sang anak di dinding. Gunakanlah furnitur yang aman dan ringan bagi si kecil agar mudah dipindah sesuka hati. Siapkan pula whiteboard dan rak buku.

Lalu, bagaimana jika hunian tidak memungkinkan untuk menghadirkan sudut khusus sebagai ruang bermain? Anda tidak perlu khawatir karena ada pula orangtua yang justru menganggap ruang bermain dalam bentuk area privat tidaklah efektif. Hal ini dialami langsung oleh Niken Soekanto Yudhanegara (36) dan Monika Tanu (33) pada saat membimbing anak-anak.

“Ruang bermain tidaklah efektif karena anak-anak lebih cenderung ingin dekat bersama bapak dan ibunya terus-menerus. Saya pernah mempunyai ruang bermain khusus, tapi pada akhirnya anak tetap bermain di ruang tengah,” cerita Niken berdasarkan pengalaman pribadinya. Menurut ibu dengan dua anak ini, ruang bermain dalam bentuk area atau ruangan khusus justru lebih berguna sebagai area untuk meletakkan tempat penyimpanan boks mainan.

Tidak tersedianya ruang bermain bukanlah menjadi penghalang yang berarti karena anak-anak akan lebih leluasa mengeksplorasi isi rumah dari dapur hingga taman. Menurut saran Monika, orangtua juga tidak perlu menyediakan mainan terlalu banyak. Dengan minimnya ragam mainan yang dimiliki, sang anak akan termovitasi untuk kreatif, membuat mainan sendiri dari bahan apa pun.

Memahami hobi anak akan memudahkan orangtua merancang aktivitas bersama selama di rumah. Misalnya, Niken selalu memiliki ide saat bermain dengan Rashad (8) yang menyukai ilmu sains. “Kami melakukan eksperimen sederhana seperti membuat campuran minuman soda dengan soda kue atau bermain cup stacking. Bahkan, Rashad juga suka mengambil batu di taman untuk dilukis,” ujarnya. [GPW]

Foto Shutterstock.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 22 Agustus 2013