“Ada, ayah. PR berhitung,” jawab Cila.
“Kalau begitu, kerjakanlah sekarang,” kata Ayahnya.
“Nanti saja, Ayah. Aku ingin bermain dengan teman-teman sekarang,” jawab Cila.
“Kalau bisa sekarang, kenapa harus nanti, Nak?” Begitulah kata Ayah Cila.
“Gampang itu, Ayah. Aku pergi, ya, Ayah… Dah…!”
“Jangan pulang terlalu malam, Nak!” Pesan sang Ayah yang entah di dengar atau tidak oleh Cila.
Malam pun datang, dan Cila baru pulang ke rumah. Ia terlalu asyik bermain, hingga tak sadar langit sudah berubah warna.
“Cila, bagaimana PR-mu? Lebih baik kamu kerjakan sekarang!” Suruh Ayahnya lagi. Namun Cila masih acuh tak acuh.
“Besok saja, Ayah. Aku lelah sekali sekarang. Aku tidur, ya, Ayah,” kata Cila.
Tanpa menunggu jawaban dari sang Ayah, Cila lantas pergi ke kamarnya.
Keesokan harinya….
“Ya ampun! Aku telat! seru Cila ketika terbangun dan melihat jam weker di kamarnya yang menunjukan pukul 06.45 a.m. Lima belas menit lagi bel masuk sekolah berbunyi!
Cila bersiap-siap dengan cepat. Ia bahkan melupakan sarapan dan segera berpamitan kepada orang tuanya, seperti yang biasa ia lakukan.
Sesampainya di sekolah…
“Permisi, Ibu… Maaf, saya terlambat.” Dengan napas terengah-engah, Cila berdiri diambang pintu kelas. Serentak semua mata tertuju kepadanya. Ibu guru Lili si Flamingo pun mendekatinya.
“Baiklah, Cila. Apakah kamu sudah mengerjakan PR berhitungmu?” tanya Ibu Lili.
Bola mata Cila melebar. Astaga! Ia lupa!
“Maaf, Ibu. Saya lupa mengerjakannya,” jawab Cila jujur.
“Karena kamu lupa mengerjakan PR dan kamu juga datang terlambat, maka Ibu akan memberi kamu hukuman. Berdiri di depan kelas hingga bel istirahat berbunyi. Paham?” tegas Ibu Lili.
“Paham, Ibu.” Cila tertunduk malu.
Cila sungguh menyesal. Dalam hati, ia berjanji akan meminta maaf kepada Ayahnya, karena tak mendengarkan nasihat dari beliau. Cila juga akan berusaha merubah kebiasaaan buruknya yaitu menunda-nunda pekerjaan. *
Penulis: Salsabila Anfang Mahadewi
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita