Anda seorang desainer grafis? Kalau iya, berarti Anda tahu tentang jenis huruf Helvetica, huruf yang sangat populer. Saking populernya, Helvetica sampai dibuat menjadi film dokumenter. Padahal, kalau dilihat sekilas Helvetica mirip sekali dengan Arial.
Helvetica sendiri lahir pada 1960 dari tangan Max Miedinger dan Eduard Hoffman. Keduanya bekerja di perusahaan pembuat huruf Haas di Swis. Keduanya pernah mengatakan, Helvetica adalah anak kandung dari modernitas yang lahir atas sebuah optimisme setelah kekejaman dunia atas perang dunia II, khususnya fasisme. Buat mereka, makna hanya dikandung oleh kata-kata. Oleh karena itu, huruf harus bersifat netral, tak perlu ekspresif. Fungsi huruf hanya satu, mendukung tingkat keterbacaan yang tinggi.
Klaim ini sepertinya sesuai dengan modernitas sekarang ini, yaitu gaya hidup efektif dan efisien. Tampilan Helvetica tidak macam-macam, membuatnya populer bagi banyak perusahaan untuk dijadikan sarana penyampaian komunikasi. Tidak berhenti di situ, Helvetica juga sering digunakan untuk nama bangunan, penanda jalan, dan poster hingga spanduk.
Tipografi asli Helvetica adalah Neue Haas Grotesk yang juga jauh dari ingar-bingar gaya. Nama Helvetica sendiri didapatkan setelah nama perusahaan Haas Type Foundry diganti menjadi Helvetica saat ingin memasarkan Neue Haas Grotesk ke luar negeri. Perubahan ini agar pelanggan internasional dapat mudah membacanya. Kini, pengembangan Helvetica sudah banyak, mulai dari Helvetica Light, Bold, dan Black.
Versi berbeda Helvetica pun hadir untuk menutupi berbagai pilihan bahasa, termasuk Jepang, Korea, dan Ibrani. Salah satu pengguna Helvetica adalah raksasa Apple yang yang menggunakannya di iPhone 4. Beberapa maskapai dunia dan raksasa ponsel lain pun ada yang menggunakannya atau sekadar mengambil inspirasi dari Helvetica.
Fleksibilitas dan karakternya yang simple membuat Helvetica seakan menjadi lebih dekat dengan tulisan manusia dan tidak tampak terkomputerisasi. Namun, kesan itu tidak menjadikannya kuno karena justru terlihat canggih, bahkan bisa menjadi santai sesuai dengan konteksnya.
Beberapa font lain pun berusaha mengekor kesuksesan Helvetica dengan menirunya, tetapi gagal. Satu font yang paling dekat dengan Helvetica adalah Arial, tetapi banyak kalangan terutama desainer grafis mengatakan Arial dan Helvetica adalah huruf yang sama sekali berbeda. [*/VTO]
foto: wikipedia