Pagi ini, ibu sudah tampak bersiap rapi. Ibu mengajar di sebuah sekolah dasar negeri di Condongcatur, Yogyakarta. Ada yang tampak berbeda dari penampilan ibu kali ini. Ibu mengenakan masker kain dan penutup wajah terbuat dari plastik mika.

Azi, seorang anak laki-laki yang masih duduk di bangku kelas tiga SD, memperhatikan gerak-gerik ibunya.

“Kata Bu Guru, kami belajarnya dari rumah saja. Mengapa Ibu tidak mengajar dari rumah juga?” tanya Azi.

Ibu tersenyum. “Ibu juga mengajar dari rumah, kok. Tetapi, ada yang perlu Ibu selesaikan sekarang,” sahut ibu lembut. “Azi mandi dan sarapan, ya. Sudah Ibu sediakan di dapur.”

Azi mengangguk.

Sebenarnya Azi kasihan melihat ibu. Sejak pandemi korona terjadi dan kegiatan belajar-mengajar dilakukan di rumah, Azi melihat kesibukan ibu semakin bertambah. Pagi-pagi, ibu harus berbelanja dan menyiapkan sarapan. Sepulang kerja, ibu memasak lauk-pauk siang. Ibu masih ada kelas daring pada sore hari. Ibu jadi sering terkantuk-kantuk saat menemani Azi belajar.

Kata ibu, selain mengajar daring, ibu harus melakukan kunjungan rumah. Ibu harus mendatangi rumah murid-murid bergiliran.

Apalagi sejak ayah bertugas di luar kota. Ibu tidak mahir mengendarai sepeda motor. Itu sebabnya, beliau harus naik bus atau becak menuju sekolah dan rumah murid.

Hari ini, udara cukup dingin. Hujan baru saja berhenti. Azi menunggui ibu dengan sabar. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore ketika ibu mengucap salam.

“Ibu terjebak hujan,” jelas ibu sambil berjalan menuju kamar mandi.

Malam harinya, badan ibu mendadak meriang dan lidah ibu terasa pahit. Setelah makan malam, ibu istirahat lebih awal dibanding biasanya.

Azi mengerjakan tugas di ruang tengah. Tugas tentang mengenal aneka tanaman obat itu mengingatkan Azi pada sesuatu.

Esoknya, setelah mengenakan masker, Azi mendatangi rumah Bulik Nay, adik bungsu ibu. Setelah menceritakan tentang kondisi ibu, Bulik Nay dan Azi tampak sibuk mengerjakan sesuatu.

Tak lama, semangkuk minuman hangat telah tersaji di atas meja.

“Hati-hati membawanya, ya, Zi. Titip salam dari Bulik. Semoga Ibu lekas pulih.”

Azi mengucapkan terima kasih lalu membawa minuman itu dengan sukacita.

“Ibu, ini wedang ronde buatan Azi dan Bulik Nay.”

Azi membantu ibu meminum semangkuk wedang ronde. Ibu kelihatan sangat terharu.

“Ibu adalah pahlawan buat Azi dan murid-murid. Cepat sembuh, ya, Bu.” Azi memeluk ibu penuh kehangatan.*

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Karunia Sylviany Sambas
Pendongeng: Paman Gery (IG: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita