Pada 2016, setidaknya ada 150–200 pengaduan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terkait produk-produk yang dipalsukan. Jika ada sebanyak itu produk yang dipalsukan, bagaimana cara konsumen mengecek keaslian suatu produk?

Beberapa merek ternama dari luar negeri memang memiliki kode khusus untuk mengecek keaslian produk. Biasanya, kode bisa berupa nomor IMEI atau barcode. Namun, bagaimana dengan produk lokal? Apalagi ada beberapa produk lokal yang saling bersaing meniru bentuk desain dari kompetitor lain.

Hal tersebut diakui juga oleh Noval Ginanjar selaku salah satu pemilik dari merek sepatu lokal asal Bandung, Sandbox Shoes. Sebagai informasi, merek ini diciptakan dua orang yang memiliki passion di bidang fashion, terutama sepatu kasual. Salah satu produk andalan mereka yaitu sandal Seymour.

Menurut Noval, sekarang, banyak industri kecil dan menengah yang membuat produk lokal buatan sendiri. Beberapa merek berupaya menyajikan produk dengan desain yang orisinal. Ketika sebuah desain produk sukses, biasanya akan ada kompetitor yang membuat versi “palsu-nya”.

Seperti dikutip harian ini, Rabu (21/6), Ketua Masyarakat Indonesia Anti-Pemalsuan (MIAP) Widyaretna Buenastuti mengatakan, konsumen sering kali tidak mengetahui keaslian dari barang yang dibelinya secara online. Menurut dia, barang palsu yang banyak dijual secara online di antaranya adalah obat-obatan, kosmetik, dan makanan.

Co-founder Authentic Guards Mochamad Ryan Januar Akbar (Ryan) menuturkan, kondisi pasar Indonesia saat ini memang sedang mengkhawatirkan karena produk asli dan tiruan sudah susah untuk dipisahkan. Terkadang kita bisa masuk dalam satu mal berisi barang yang bercampur antara barang asli dan tiruan. Hal ini seperti sudah lumrah bagi masyarakat Indonesia.

Ryan menambahkan, ada banyak kerugian dari peredaran produk tiruan. Bagi produsen, pendapatan mereka tentu berkurang. Sementara dari sisi konsumen, jelas ini sangat merugikan karena mereka mendapatkan produk yang tak layak dan mungkin membahayakan jika produk tiruan ini berupa barang yang dikonsumsi.

Validasi

Untuk mengecek keaslian produk, Ryan bersama teman-teman berinisiatif membuat aplikasi Authentic Guard. Sesuai namanya, aplikasi ini menawarkan cara mudah memvalidasi keaslian sebuah produk dengan cara memindai QR tag-nya.

“Ide membuat Authentic Guard terinspirasi ketika saya mendapati industri yang sedang digeluti menjadi sasaran empuk pemalsuan produk. Produk fashion termasuk 5 besar produk yang mudah ditiru, alasannya mungkin karena memang mudah ditiru dengan alternatif bahan yang ada di pasaran,” ungkap Ryan.

Bagaimana cara kerja aplikasi ini? Authentic Guard memungkinkan merek yang sudah bekerja sama dengan mereka bisa dicek keaslian produknya oleh konsumen. Misalnya, produk sepatu. Setiap sepatu akan disertai dengan tag yang berbeda-beda. Dalam tag tersebut, ada kode QR yang bisa dipindai.

Konsumen yang ingin mengecek keaslian produk bisa memindai kode QR yang ada di tag produk. Kode tersebut dipindai dengan menggunakan aplikasi Authentic Guard. Selain memindai, konsumen juga bisa memasukan kode yang tertera di tag.

Ketika sudah divalidasi, sistem akan memberikan informasi apakah produk tersebut orisinal atau tidak. Selain itu, ada detail mengenai informasi produk. Mulai dari nama merek, jenis produk, alamat, hingga costumer support.

Melalui aplikasi ini, selain melindungi produknya dari pemalsuan, pemilik merek bisa mendapatkan analisis data konsumen. Mulai dari nama, surel, nomor ponsel, lokasi, jender, usia, hingga jumlah transaksi.

“Aplikasi ini memberikan laporan data analytic yang bermanfaat. Contohnya yaitu data warna favorit dari konsumen. Misalnya, data penjualan produk dengan sandal warna cokelat ternyata cukup banyak. Hal ini memudahkan kami untuk lebih memproduksi sandal dengan warna tersebut,” ujar Noval.

Sementara itu, bagi konsumen, produk yang terjamin keasliannya akan membuat mereka mendapatkan produk dengan kualitas sesuai. Selain itu, mereka akan mendapatkan update promosi bisa berupa potongan harga untuk pembelian produk berikutnya.

Saran

Salah satu konsumen yang sudah mencoba aplikasi ini yaitu Indra. Awalnya, Indra membeli sebuah sandal produksi lokal yang memiliki tag Authentic Guard. Setelah itu, dia mencoba mengunduh aplikasi dan memasukan kode yang tertera. Hasilnya, dia mendapati bahwa produk sandal yang dibelinya adalah asli.

“Awalnya, iseng saja karena melihat ada tag di sandal yang berisi bisa mengecek keaslian produk. Dengan aplikasi ini, saya merasa lebih yakin dengan produk yang dibeli. Saya rasa manfaatnya akan semakin besar jika mereka bekerja sama dengan merek yang sudah ternama dan besar,” saran Indra.

Ryan menjelaskan, hingga saat ini Authentic Guard banyak bekerja sama dengan industri fashion, mulai dari pakaian hingga sepatu dan aksesori. Mereka juga sedang menjajaki kerja sama dengan industri farmasi dan badan pemerintahan yang berhubungan dengan surat berharga.

“Rencana terdekat kami yaitu akan terus kampanye untuk memerangi pemalsuan dan pembajakan dengan merambah ke semua sektor industri, baik di Indonesia maupun Vietnam. Untuk jangka panjangnya, kami harap akan merambah ke Asia,” tutup Ryan. [INO]

Foto dokumen Authentic Guards

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 19 September 2017