Perasaan takut kerap dianggap semata-mata ekspresi negatif yang mesti dihindari. Jarang disadari, perasaan takut—dalam dosis tertentu—yang berpadu dengan kegembiraan karena adanya kebebasan melakukan sesuatu, menimbulkan sensasi mendebarkan yang positif. Dan, hal ini sangat penting, terutama dalam proses perkembangan anak.

Caroline Paul, penulis The Gutsy Girl: Escapades for Your Life of Epic Adventure, ketika masih kanak-kanak terobsesi dengan Guinness Book of World Records. Dalam seminarnya di Ted Talk, ia bercerita, ia ingin sekali membuat rekor untuk dirinya sendiri. Namun, ada masalah kecil. Paul merasa tak punya bakat apa pun. Ia lantas memutuskan akan memecahkan rekor merangkak. Waktu itu, rekor merangkak dunia ada pada angka 12,5 mil.

Suatu hari, ketika usianya yang awal belasan tahun, Paul dan seorang temannya memutuskan mencatatkan rekor mereka. Mereka memutuskan akan beberapa kali mengitari lapangan sekolah mereka dengan merangkak sampai menembus angka di atas 12,5 mil. Tak lama setelah mereka mulai merangkak, mereka merasakan gesekan antara celana jins dan kulit mereka menimbulkan lecet-lecet di kaki. Berjam-jam kemudian, hujan turun. Lutut Paul berdarah sampai tembus keluar jins. Setelah 12 jam merangkak, Paul berhenti pada jarak 8,5 mil.

Selama bertahun-tahun setelahnya, Paul menganggap hal itu pengalaman kegagalan. Setelah dewasa, ia memandangnya berbeda. Karena mencoba memecahkan rekor dunia, ia telah berhasil setidaknya melakukan tiga hal. Keluar dari zona nyamannya, membuktikan ketahanannya, dan menemukan kepercayaan diri akan keputusan pribadinya. Ia tahu, ketiganya adalah elemen yang membentuk keberanian.

Peter Gray, profesor di Boston College sekaligus penulis buku Free to Learn, mengatakan, salah satu cara terbaik melindungi anak-anak adalah dengan membiarkan mereka melakukan sesuatu yang sedikit berbahaya atau berisiko. Dunia akademis menyebutnya risky play atau permainan berisiko.

Ellen Sandseter, profesor di Queen Maud University di Norwegia, mengidentifikasi enam kategori permainan berisiko yang bisa membantu anak mengembangkan ketahanan diri sekaligus bersenang-senang. Hal itu adalah ketinggian, kecepatan, peralatan berbahaya (ketapel, mainan panah), elemen berbahaya (misalnya air yang cukup dalam), permainan yang melibatkan kekuatan fisik, dan permainan bersembunyi atau yang menimbulkan perasaan tersesat.

Riset menunjukkan, permainan-permainan berisiko penting untuk anak karena hal itu mengajarkan anak untuk menakar risiko, menunda kepuasan, melatih ketahanan, dan membangun kepercayaan diri. Permainan itu adalah latihan keberanian untuk anak, yang memungkinkan mereka belajar tentang nilai-nilai hidup sebagai bekalnya.

Tentu saja dampingan orangtua penting. Permainan ini juga harus cukup menantang, tetapi tidak boleh sampai punya dampak terlalu berbahaya. Kabar baiknya, anak-anak sebenarnya punya kemampuan mengetahui kapasitasnya untuk menghindari risiko yang belum siap mereka ambil. Ukurannya berbeda untuk setiap anak meskipun umur, ukuran tubuh, dan kekuatan anak mungkin sama.

Salah satu cara mengetes kesesuaian permainan berisiko dengan kemampuan anak adalah melihat sejauh mana anak melakukannya dengan gembira dan tanpa keterpaksaan. Jika anak terlihat antusias, kemungkinan besar ia siap dan yakin untuk permainan atau kegiatan berisiko itu, misalnya ketika bermain flying fox, seluncuran yang tinggi, roller coaster, snorkeling, atau sesederhana melompati pagar yang tinggi dan memanjat pohon. Tahan sedikit kekhawatiran sebagai orangtua dan percayalah hal itu akan mendatangkan pengalaman positif untuk tumbuh kembang anak. [*/NOV]

 

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 2 April 2018