Dengan transisi kehidupan yang semakin dinamis, keluarga dituntut untuk dapat beradaptasi dalam menyikapi berbagai perubahan. Terjadi pergeseran kehidupan keluarga dari keluarga tradisional menjadi modern bahkan post-modern.
Perubahan tersebut terjadi dalam berbagai aspek kehidupan keluarga, yaitu perubahan sosial, ekonomi, dan psikologis. Oleh karena itu, penting bagi keluarga untuk dapat menjaga ketahanannya dalam berbagai dimensi atau aspek yang menyertai.
Menurut Froma Walsh, seorang psikolog klinis asal Amerika dalam bukunya berjudul, “Strengthening Family Resilience”, ketahanan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk dapat bangkit kembali dari kesulitan yang dialaminya. Atau dapat dikatakan pula sebagai kemampuan keluarga dalam beradaptasi mengelola sumberdaya yang dimilikinya dengan memenuhi kebutuhanan hidup agar mencapai kesejahteraanya.
Ibaratnya, ketahanan keluarga ini menjadi strategi keluarga untuk bertahan dari tantangan hidupnya. Terdapat lima dimensi yang melandasi ketahanan keluarga ini dan memiliki beberapa indikator yang dapat menjadi ukurannya. Untuk itu, mari kita simak setiap indikator dalam ketahanan keluarga!
Pertama, dimensi legalitas dan keutuhan keluarga. Dimensi ini dapat digambarkan dengan status keluarga dan anggotanya yang legal secara hukum. Contohnya, memiliki akta kelahiran dan surat pernikahan. Kemudian, keberadaan pasangan baik suami maupun istri dalam bentuk kemitraan yang tinggal bersama dalam satu rumah sebagai bentuk keutuhan keluarga.
Kedua, dimensi ketahanan fisik dari seluruh anggota keluarga. Dari segi kesehatan ditandai dengan kecukupan pangan dan gizi yang diperoleh sehari-hari dan tidak mengalami penyakit kronis atau disabilitas. Lalu yang terakhir adalah ketersediaan tempat atau sebuah lokasi fisik yang menjadi tempat untuk tinggal dan berlindung diri bagi seluruh anggota keluarga.
Ketiga, dimensi ketahanan ekonomi. Ditandai dengan adanya kepemilikan rumah oleh keluarga, pendapatan keluarga yang berkecukupan untuk memenuhi seluruh kebutuhannya, kemampuan keluarga dalam membiayai kebutuhan anak dan pendidikannya, serta jaminan keuangan bagi keluarga. Jaminan tersebut dapat berupa tabungan jangka pendek atau panjang ataupun jaminan kesehatan dalam berbagai bentuk.
Keempat, dimensi ketahanan sosial-psikologis. Dimensi ini dicirikan dengan kondisi suatu keluarga yang hormonis dan hubungan sosialnya dengan lingkungan sekitar. Seperti tidak adanya sikap kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang sering menjadi kasus dalam masalah keluarga. Lalu, kepatuhan keluarga terhadap hukum juga menjadi bagian dalam dimensi ini sebagai bentuk penghormatannya sebagai bagian dari masyarakat.
Kelima, dimensi sosial-budaya. Kebiasaan hidup dapat berasal dari budaya yang dianut. Kepedulian sosial, keeratan sosial, serta ketaatan beragama menjadi indikator dalam dimensi ini, Seperti bagaimana keluarga tersebut dapat menghormati lansia, partisipanya dalam kegiatan sosial, dan perannya dalam kegiatan keagamaan di lingkungan ataupun sebagai insan beragama.
Tentu dalam kehidupan potensi sebuah masalah muncul akan selalu ada, begitupun dalam kehidupan keluarga. Konflik dapat terpicu oleh berbagai faktor dan setiap dimensi dari ketahanan keluarga tersebut wajar jika ada yang tidak terpenuhi. Namun, kemampuan keluarga dalam beradaptasi untuk mencapai indikator dalam setiap dimensi adalah kuncinya untuk mencapai keharmonisan keluarga.
Baca juga: Kenali Potensi Krisis di Setiap Tahap Perkembangan Keluarga