Banyak orang Indonesia yang merasa tidak lengkap bersantap jika belum menambahkan sambal. Paling tidak, rasa makanan haruslah ada sentuhan “menggigit” di mulut. Inilah yang membuat cabai menjadi populer di negeri ini.

Baca juga : Ingin berwisata ke dieng ? Berikut perlengkapan yang harus dibawa

Jenis cabai yang umum dikenal antara lain cabai rawit dan cabai keriting. Namun, ada satu jenis cabai yang tidak begitu dikenal, yaitu cabai gendol. Cabai ini banyak ditemukan di kawasan dataran tinggi seperti Dieng, Jawa Tengah.

Cabai ini tidak seperti cabai lainnya yang mungil dan ramping. Cabai gendol atau cabai gondol ini mempunyai bentuk yang cukup tambun untuk ukuran cabai, tetapi tidak terlalu panjang. Ukuran cabai yang disebut juga cabai setan ini lebih kecil dari paprika. Bila dibandingkan dengan buah, cabai gendol ini bisa berukuran sebesar buah kedondong. Kulitnya lebih tebal dibandingkan jenis cabai lainnya. Warna buahnya bervariasi, mulai dari hijau, merah kekuningan, hingga merah menyala.

Tanaman bernama latin capsicum chinense ini juga kerap disebut cabai habanero. Cabai gendol mempunyai tingkat kepedasan hingga 100.000-350.000 scoville (skala pengukuran tingkat kepedasan). Rasanya cukup pedas, bahkan beberapa buah bisa melebihi tingkat kepedasan cabai rawit. Biasanya, masyarakat sekitar Dataran Tinggi Dieng tidak menggunakan cabai gendol berlebihan dalam memasak. Sebagian orang lebih suka membuang biji cabainya yang kehitaman saat matang agar tidak terlalu pedas. Cabai gendol kerap menjadi bahan tambahan dalam berbagai tumisan.

Jenis cabai ini mudah ditemukan di Dieng. Saat melintasi kawasan ladang, Anda akan menemukan cabai gendol bergelantungan berwarna hijau atau merah segar. Cabai gendol tampak menggiurkan untuk dipetik karena bentuknya yang gemuk-gemuk dan warnanya yang menarik.

Cabai gendol ini juga banyak ditemukan di sejumlah kawasan wisata di Dieng. Sebagai contoh, di area Kawah Sikidang, cabai gendol banyak dijajakan di warung-warung kecil. Cabai ini biasanya dirangkai menjadi satu kumpulan dan digantung. Wisatawan bisa memilih cabai-cabai gendol untuk dijadikan oleh-oleh. Cabai ini bisa disimpan hingga sekitar seminggu dalam suhu ruangan. Namun, bila disimpan di lemari es, cabai gendol bisa bertahan hingga satu bulan.

Percaya atau tidak, cabai gendol juga diolah menjadi manisan. Meskipun pedas, pengolahan manisan membuat rasa pedas cabai ini lebih “teredam”. Manisan cabai gendol banyak dijajakan di toko oleh-oleh di kawasan Dieng dalam kemasan botol kaca bening. Manisan cabai gendol ini lebih awet dan tahan lama jika disimpan. Namun, bila kemasan telah dibuka, sebaiknya simpanlah di dalam lemari es.

Ternyata, tidak hanya di Dieng, cabai gemuk ini juga bisa ditemukan di kawasan dataran tinggi lainnya di Indonesia. Misalnya di daerah Bandung, Jawa Barat. Di kawasan Bandung, cabai ini disebut cabai gendot atau cabai bendot.

Penasaran dengan cabai gendol? Apabila ada waktu luang saat liburan, sempatkanlah mengunjungi kawasan Dieng atau Bandung untuk memburu cabai gemuk ini. Butuh nyali tinggi jika Anda ingin mencobanya mentah-mentah. Namun, bila ingin mengolahnya, tidak ubahnya seperti jenis cabai lain, cabai gendol bisa dibuat sambal atau dicampurkan ke dalam berbagai masakan sebagai bumbu yang bercita rasa menggigit. [MIL]

Foto : Iklan Kompas/Monica Yohari.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 13 Desember 2017