Memberikan yang terbaik bagi buah hati menjadi doktrin yang disimpan rapat-rapat dalam setiap benak orangtua. Meski halangan kerap menghadang, selagi baik bagi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhannya, tak jadi soal. Lagipula, siapa yang tak ingin melihat si kecil tumbuh sempurna sesuai usianya dengan kemampuan intelektual yang juga tinggi?
Bicara tumbuh kembang anak, tak lepas dari ragam stimulasi yang perlu diberikan kepada sang buah hati. Dalam hal ini, pola asah, asih, dan asuh memegang peranan besar untuk mengoptimalkan proses tumbuh dan kembang anak. Lingkungan kondusif dan asupan makanan yang tepat berjalan beriringan untuk mengoptimalkannya. Stimulasi minim, bukan tak mungkin perkembangan si kecil ikut tersendat.
Dengan kata lain, stimulasi ini perlu melibatkan seluruh indera yang diberikan sejak dini. Bukan sejak bayi lahir dan bisa ditimang, melainkan sejak masa kehamilan. Ibu hamil yang menjalankan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi dan seimbang akan memberi nutrisi berkualitas bagi janin dalam rahim. Pemberian nutrisi berkualitas ini pun dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif dan diteruskan selama MPASI (makanan pendamping ASI). MPASI ini juga bukan sekadar makanan lembut, tetapi memerhatikan keseimbangan gizi dan bervariasi untuk merangsang perkembangan anak.
Sementara itu, jalinan komunikasi yang terjadi sejak bayi lahir juga tak kalah berperan penting. Komunikasi verbal maupun nonverbal, seperti sentuhan dan ekspresi wajah berpengaruh dalam proses tumbuh kembang bayi. Lewat sentuhan, bayi dapat merasa aman, tumbuh kepercayaan pada lingkungan, dan berinteraksi dengan orang lain. Percakapan yang terjadi di antara orang-orang di sekitar bayi pun merangsang indera pendengaran sekaligus menjadi stimulasi penting untuk perkembangan potensi bahasa anak.
Jalinan komunikasi ini pun perlu terus dijaga seiring bertambahnya usia si kecil. Meski terkesan sepele, membangun komunikasi antara orangtua dan anak tak semudah yang dibayangkan. Terlebih di tengah kehidupan ultramodern saat ini, tatkala perangkat digital mendominasi kehidupan dan menciptakan jarak komunikasi dengan orang sekitar. Tak ada salahnya buat peraturan khusus mengenai hal ini, yang juga mengajarkan anak untuk menggunakan perangkat elektronik dengan bijak.
Waktu yang biasa dipakai berkutat dengan perangkat digital pun bisa digantikan dengan bermain bersama. Ini merupakan salah satu bentuk stimulasi yang merangsang daya kreativitas anak, imajinasi, berkomunikasi, dan belajar berinteraksi dengan lingkungan. Atau, dengan membaca bersama yang dapat merangsang minat baca si kecil. Buku pun menjadi media untuk memperbanyak perbendaharaan kosa kata anak.
Merangsang kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa dan pendengaran, serta sosial emosional amatlah penting dalam perkembangan si kecil. Stimulasi berkualitas ini pun tak melulu harus merogoh kocek dalam-dalam. Stimulasi yang tepat tidak identik dengan makanan dan susu mahal, mainan dan buku mahal, ataupun suplemen dan multivitamin impor. Kasih sayang, perhatian, dan keterlibatan langsung orangtua dengan anak menjadi satu hal yang menentukan. [ADT]