Sebelum Ayah berangkat kerja, Luly diajak Ayah untuk membeli sarapan. Di dekat rumah Luly, ada tempat makan yang selalu ramai dikunjungi pembeli, yaitu bubur pedas Pak Toto. Kata Ayah, bubur pedas biasanya disebut juga dengan bubborpaddas.
Bubur pedas merupakan makanan khas dari Sambas, Kalimantan Barat. Isinya campuran rempah dengan beragam sayuran, seperti pakis, kangkung, dan daun kesum, dengan toping ikan teri goreng dan kacang tanah. Meski namanya mengandung pedas, namun tidak sepedas yang dibayangkan, karena pedasnya dari lada.
“Loh, kok ramai sekali, Yah?” tanya Luly. Antrean yang menunggu bubur pedas Pak Toto cukup panjang. Meski demikian, karena masih dalam suasana pandemi Covid-19, para calon pembeli menjaga jarak aman saat mengantre. Mereka semua juga memakai masker.
Ayah sendiri harus segera berangkat ke kantor. “Kita belinya besok saja, ya? Mumpung hari Sabtu Ayah libur. Hari ini, beli nasi kuning dulu saja, ya?” bujuk Ayah.
Luly mengangguk. Sebenarnya Luly ingin sekali mencoba bubur pedas, tapi membelinya besok pun tidak apa.
Keesokan harinya, antrean bubur pedas Pak Toto di hari Sabtu pagi tidak seramai kemarin.
“Pak, bubur pedasnya tiga porsi,” pesan Ayah. Pak Toto segera menyiapkan tiga wadah dan mulai meracik bubur. Tiga porsi untuk Ayah, Luly, dan Ibu.
“Pak, kemarin ramai sekali yang mengantre,” kata Luly ke Pak Toto. Pak Toto tersenyum.
“Iya, Dek. Kalau Jumat, biasanya cukup panjang. Hari Jumat khusus, pembelinya gratis, tidak membayar.”
“Loh, kok begitu, Pak?” tanya Luly heran.
“Begini, Dek. Dari Senin sampai Minggu, Bapak berjualan dan dapat untung. Setidaknya, ada satu hari di mana Bapak bisa bersedekah untuk orang yang membutuhkan. Masih banyak yang tidak bisa makan dan meninggal dalam kondisi kelaparan. Setidaknya, Bapak ingin membantu mereka.”
“Tapi Pak, bukannya rugi kalau digratiskan?” tanya Luly masih penasaran.
“Dek, Bapak percaya, rezeki akan selalu ada selama Bapak bisa berbagi.”
Percakapan antara Luly dan Pak Toto diakhiri dengan tiga bungkus bubur pedas yang siap dibawa pulang. Sebelum pulang, Luly berkata pada Pak Toto, “Semoga rezeki Bapak selalu dilimpahkan dan bisa terus membantu para fakir.”
“Amin,” jawab Pak Toto dengan senyuman.
Luly kagum dengan Pak Toto. Pak Toto seperti pahlawan untuk orang fakir. Untuk orang yang tidak bisa makan, ia berikan makan gratis. Ternyata masih ada orang baik seperti Pak Toto yang peduli sesama. Luly jadi tak sabar mencicipi bubur pedas buatan Pak Toto. Luly dan Ayah segera pulang untuk bisa menikmati sarapan pada Sabtu pagi mereka.*
Penulis: Stephany N
Pendongeng: Paman Gery (IG: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita