Di tepi suatu ruas jalan di hutan Sumatera, setelah hampir seharian mencari buah merah untuk obat ibunya, Dandan si landak menemukan sebuah buntalan.

Dandan  mendapati buntalan itu berisi buah merah yang dicari-carinya. Dandan merasa senang; dan berpikir mesti bergegas pulang, sebab khasiat buah itu akan hilang bila tak lekas dimakan.

Namun, saat hendak pulang Dandan menyadari sesuatu! Ada jejak kaki di sepanjang jalan, dan buah merah itu pun dibuntal daun-daun, dan pastilah buah merah itu milik penghuni hutan yang terjatuh.

Dandan pun bingung, apakah ia mesti mengembalikan buah merah itu? Atau, segera pulang lantas memberikan kepada ibunya?

Jika tak dibawa pulang, maka ibunya takkan lekas sembuh. Namun, jika dibawa pulang, maka Dandan sudah berbuat tak jujur; dan pastilah hewan yang kehilangan buah merah merasa sedih.

Namun, Dandan segera teringat pesan kawan baiknya, Monmon si kera! Dandan ingat, kejujuran akan membawa pada kemujuran. Maka, Dandan pun memantapkan diri, mengembalikan buah merah itu. Dandan yakin, esok dia bisa menemukan buah merah lain untuk obat ibunya.          Dandan lalu bergegas mencari pemilik buah merah yang ditemukannya. Setelah cukup jauh berjalan, Dandan menemukan sepasang kijang yang sedih kebingungan. Mereka adalah Tuan Rusrus dan Nyonya Sasa.

Dandan mengucap salam, memperkenalkan diri, dan mengatakan niatan hendak mengembalikan buah merah. Mendengarnya, sepasang kijang itu pun jadi senang. Rupanya buah merah itu adalah obat untuk Nyonya Sasa yang sedang sakit. Dandan pun menyerahkan buntalan itu dan pamit pulang.

“Kenapa matamu berkaca, Dandan?” tanya Nyonya Sasa.

“Saya sebenarnya juga sedang mencari buah merah, Nyonya, untuk obat ibu saya.”

Nyonya Sasa melihat ke Tuan Rusrus; dan Tuan Rusrus pun teringat sesuatu!

“Bagaimana kalau buahnya kita bagi dua saja, Dandan,” ucap Tuan Rusrus. “Kudengar, meski dibagi dua, khasiatnya tetap sama ampuhnya.”

Dandan senang. Namun, ketika melihat warna langit, Dandan kembali tertunduk.

“Ada apa Dandan? Apa kamu tidak senang?”

“Tidak, Nyonya Sasa, Tuan Rusrus. Namun, hari sudah petang, dan perjalanan pulang butuh waktu yang panjang. Sangat mungkin, sesampainya di rumah, buah itu sudah kusam dan khasiatnya sudah hilang.”

“Akan kuantar, Dandan,” ucap Tuan Rusrus mantap. “Aku ini hewan yang larinya cepat lho di hutan ini.”

Mendengar itu, Dandan kembali riang. Tuan Rusrus pun segera mengantar Dandan pulang. Sesampainya di rumah, ibunya Dandan pun segera memakan potongan buah merah itu. Dandan merasa lega, sebab ibunya bisa sembuh, dan Nyonya Sasa juga bisa sembuh. *

 

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Polanco S Achri
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita