Perpisahan dengan suaminya mengharuskan Jess mencari tempat tinggal baru. Dengan hak asuh anak berada dalam genggaman, Jess mengajak kedua buah hatinya, Owen (Finlay Wojtak-Hissong) dan Tyler (Skylar Morgan Jones) untuk pindah ke rumah pertanian milik keluarganya.
Perannya sebagai ibu diuji ketika Owen mendapat serangan dari anjing peliharaannya. Anjing yang semula berkelakuan manis dan penurut berubah menjadi ganas setelah berhari-hari menghilang di hutan. Gigitannya mengakibatkan Owen terjangkit virus misterius. Dalam sekejap, Owen berubah menjadi anak yang mengerikan. Bagaimana Jess menghadapi perubahan perilaku sang anak?
Ibu bukan sosok sempurna
Film besutan sutradara Brad Anderson ini memperlihatkan pengorbanan seorang ibu yang jauh dari kata sempurna. Jess rela melakukan apapun asalkan buah hatinya kembali sehat seperti sedia kala.
Di tengah masa kritis Owen, Jess terus berupaya menjadi ibu yang dapat diandalkan. Ia bahkan rela menjelma bak monster demi menyelamatkan Owen yang haus akan darah manusia. Sayangnya, semakin keras ia mencoba, hasilnya semakin memburuk.
Langkah demi langkah yang ditempuh Jess menunjukkan kecacatannya sebagai sosok ibu. Ia tidak mempertimbangkan akibat dari setiap perbuatannya. Pada akhirnya, usaha Jess tidak membuahkan hasil. Keputusan yang diambilnya semakin memperburuk kondisi Owen.
Patrick (Skeet Ulrich), sang mantan suami tidak memberi napas lega untuk Jess. Tidak setitik pun itikad baik muncul darinya untuk membantu kondisi Jess yang terpuruk. Sebaliknya, ia menyudutkan mantan istrinya demi mendapat hak asuh Owen dan Tyler.
Setelah gagal menjadi seorang istri, ia pun gagal menjadi ibu. Untungnya, penampilan Michelle Monaghan tidak pernah gagal. Permainan ekspresi dan karakter keibuannya menggugah atensi penonton untuk menyelesaikan sisa durasi film.
Film keluarga
Sebagai film horor, Blood mungkin belum seperti yang diharapkan. Brad Anderson tidak memberikan pengalaman menyeramkan kepada penonton. Pekikan yang selalu muncul dari bangku penonton tatkala menyaksikan film horor, kali ini senyap. Situasi mencekam hanya muncul sesekali.
Untuk sekelas thriller juga film ini masih jauh untuk menyentuhnya. Will Honley seharusnya mampu mengembangkan narasi agar momen-momen genting menjadi lebih mendebarkan. Alih-alih melakukan itu, narasi yang ia tulis justru terasa hambar sehingga menanti 108 menit berakhir terasa begitu lama.
Rasa jijik dari adegan minum darah yang dilakukan Finlay Wojtak-Hissong tidak lantas menjadikan film ini layak bergenre horor atau thriller. Blood malah barangkali lebih cocok dikategorikan sebagai film bergenre keluarga. Sepanjang film, penonton banyak disuguhkan konflik rumah tangga dan adegan seputar keluarga.
Terlepas dari kekurangan yang ada, Blood merupakan film yang sarat akan pesan moral. Blood segera dapat disaksikan di bioskop.
Review overview
Summary
6Blood mengisahkan tentang perjuangan seorang ibu yang rela mengorbankan apapun demi menyembuhkan anaknya dari penyakit misterius.