Parahnya, pelaku kekerasan merupakan anak-anak yang masih berada di bawah umur. Amat disayangkan, bukan? Bagaimana nasib bangsa Indonesia jika generasi penerus negeri ini memiliki sifat anarkistis seperti yang digambarkan dalam berita terkini.
Di tengah kabar tidak menyenangkan itu, muncul sebuah kisah dari seorang pengguna KRL Commuterline. Dalam cuitannya (tweet), ia bercerita bahwa ada dua remaja yang melambaikan bendera merah sebagai sinyal kepada masinis kereta bahwa terdapat gangguan di rel karena pohon pisang yang roboh.
Aksi bijak dua remaja tersebut mendapat banyak apresiasi dari para pengguna media sosial twitter. Rasanya kedua anak muda itu mampu memberikan efek segar kepada masyarakat Indonesia setelah fenomena bullying yang bertubi-tubi menghantui kita.
Dengan adanya fakta itu, setidaknya kita masih bisa bernafas lega karena masih ada generasi muda yang memiliki sifat mulia dan bijaksana. Dengan begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak pemuda di luar sana yang sifatnya berkebalikan dengan para pelaku bullying. Hanya saja, aksi mereka tidak mendapat sorotan dari media.
Bijaksana tidak ditentukan umur
Melansir dari berbagai sumber, bijaksana adalah kemampuan individu dalam menggunakan akal sehat dan berpikir secara logis sehingga dapat menempatkan diri sesuai porsinya. Untuk dapat bertindak demikian, diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup.
Melihat pengertian di atas, maka sejatinya hanya orang dewasa yang mampu bersikap bijaksana. Sebab, mereka lebih lama menjalani kehidupan dibandingkan remaja. Kendati demikian, bukan berarti remaja tidak mampu menerapkan sikap bijak. Buktinya, dua remaja pada kisah sebelumnya telah menunjukkan sikap yang bijaksana. Lantas, darimana remaja bisa memperoleh kebijaksanaan?
Menurut Baltes dan Staudinger, munculnya kebijaksanaan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor umum dan khusus. Faktor umum meliputi intelegensi dalam memecahkan masalah, sehat secara mental, kematangan emosi, dan terbuka akan hal baru.
Sementara faktor khusus yang dimaksud, seperti pengalaman memecahkan masalah, belajar menyelesaikan masalah dari tokoh panutan, serta motivasi. Dari sini dapat kita pahami bahwa individu dapat bersikap bijaksana jika memiliki hal-hal di atas. Jadi, sudah seharusnya kita tidak menilai kebijaksanaan seseorang berdasarkan umur.
Yuk, lebih bijak dalam bersikap. Sekalipun sudah dewasa, tak perlu malu untuk meniru hal-hal baik yang dilakukan oleh anak yang berusia di bawah kita. Sebab, kebijaksanaan adalah awal dari kehidupan yang harmoni,
Baca juga:Â Pentingnya Kemampuan Anak dalam Memecahkan Masalah