Mengunjungi destinasi wisata alam dianggap terasa lebih menyenangkan dibanding melancong ke pusat-pusat perbelanjaan. Apalagi jika tempat wisata alam itu belum banyak dikunjungi turis, masih asri, berudara dingin, dan relatif mudah dicapai, tentu memberikan pengalaman yang berbeda. Yogyakarta, khususnya di Kabupaten Sleman, masih memeram lokasi-lokasi alami yang layak dikunjungi.

Sambil terengah-engah usai berlari ke sana kemari, Mutiara (4) bertanya kepada ibunya. “Bu, mana burung alap-alapnya? Kenapa nggak kelihatan? Apa karena kedinginan?” Ibundanya, Lidwina (36), tersenyum. “Alap-alapnya mungkin sedang di sarang bersama anak-anaknya. Lain kali kalau ke sini lagi, kita mungkin bisa melihatnya,” jawabnya untuk meyakinkan si kecil.

Lidwina dan keluarganya naik ke Bukit Klangon, Minggu (6/8). Pada malam sebelum berangkat, ia bercerita kepada anak-anaknya tentang tempat wisata alam di lereng Gunung Merapi itu, termasuk hewan apa saja yang bisa dilihat di sana.

“Setahu saya, di Klangon, kita masih bisa melihat beberapa jenis satwa langka, seperti burung alap-alap Jawa, burung kepodang, burung madu gunung, musang, dan monyet. Anak-anak saya kebetulan senang dengan yang beraroma alam seperti ini,” katanya.

Tidak seperti Kaliurang yang sudah begitu ramai dikunjungi wisatawan, Bukit Klangon di Glagahharjo, Cangkringan, Sleman, masih terbilang sepi pengunjung. Padahal, tempat ini relatif mudah dicapai dengan kendaraan roda empat maupun roda dua. Klangon juga menawarkan kesejukan yang lebih menusuk.

“Menurut saya, di sini lebih dingin dibanding Kaliurang, ya. Mungkin karena tidak disesaki bangunan dan lingkungan alamnya masih terjaga natural. Seandainya cuaca cukup cerah, tentu Gunung Merapi akan menjadi latar yang memukau. Sayang, kalau sudah agak siang, kabut tebalnya turun,” imbuh Lidwina.

2509-LANGGAM-WISATA_5
2509-LANGGAM-WISATA_4
2509-LANGGAM-WISATA_1

Klangon sebenarnya juga berfungsi sebagai hutan konservasi yang bisa digunakan untuk kegiatan penelitian. Di sana terdapat prasasti Hutan Pendidikan Konservasi Koesnadi Hardjasoemantri (HPKKH). HPKKH ini diresmikan pada 9 Desember 2012 oleh Menteri Kehutanan saat itu, Zulkifli Hasan, dan Ketua Kagama yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Rute ke Klangon cukup mudah. Jika dari Bandara Internasional Adisucipto, kita bisa mengarah ke timur (Kalasan) menyusuri Jalan Raya Yogya–Solo. Sebelum sampai daerah Bogem, Kalasan, kita berbelok ke utara di Perempatan Proliman. Waktu tempuhnya sekitar 1 jam. Sepanjang perjalanan, kita akan menikmati perpaduan suasana desa, kebun, dan ladang yang asri. Menenteramkan.

Dapat pula memanfaatkan Google Maps, tapi perlu memperhitungkan kekuatan sinyal data yang cenderung meredup saat kita mencapai ketinggian tertentu. Jalan menuju ke Klangon terbilang cukup bagus, beraspal halus. Namun, menjelang sampai tujuan, ruas jalan ini menyempit sehingga perlu dipertimbangkan jika hendak naik menggunakan bus.

Menurut Bambang (53), peternak sapi yang sering mencari rumput di Klangon, tempat wisata ini sebenarnya mulai dibuka pada 2011 atau setahun usai erupsi besar Merapi. “Sekarang, sudah ada toilet umum, warung, dan gardu pandang. Bahkan, tulisan Klangon yang besar-besar itu baru ada sekitar delapan bulan ini. Di sini, banyak rumput sehingga warga sekitar masih ada yang angon (menggembalakan) ternaknya.”

Ada banyak spot di Klangon untuk menyesap keindahan alam, baik ke arah gunung maupun lembah. Ada gardu pandang setinggi 5 meter, ada pula “panggung” bambu yang oke untuk berfoto dengan latar belakang lembah. Kita juga bisa berjalan kaki menyusuri jalan setapak menuju air terjun, gua Jepang, tugu perbatasan Yogyakarta–Jawa Tengah, atau padang bunga edelweis.

Olahraga sepeda

Bukit Klangon juga menantang para penggemar olahraga sepeda. Franky Nayoan bersama teman-temannya di Gowes Wes Wes Cycling Community Yogyakarta, bercerita, Bukit Klangon berjarak sekitar 35 kilometer dari Kota Yogya dengan ketinggian sekitar 1.100 meter di atas permukaan laut. Jarak tempuh ini, kata Franky, amat menyenangkan untuk dijajal, apalagi dengan trek menanjak.

“Kami start dari Jalan Magelang menuju Kali Kuning. Kemudian terus ke arah timur melewati padang golf Cangkringan. Terus ke timur menuju Desa Glagaharjo. Waktu tempuhnya saat berangkat sekitar 4 jam karena harus menaklukkan tanjakan yang sangat panjang. Sementara itu, pulangnya hanya butuh waktu kurang dari 2 jam,” kata Franky.

Ia berpendapat, dengan kontur yang terdapat di Bukit Klangon, sepeda jenis MTB menjadi yang paling cocok untuk gowes di sana. Pengelola Bukit Klangon juga menyediakan arena khusus bagi pesepeda downhill.

“Bukit Klangon masih asri dan terawat. Semoga ke depannya tetap terjaga keasriannya. Potensi bukit ini sangat besar, baik untuk wisata maupun olahraga. Penggemar sepeda downhill yang datang ke sini, saya lihat banyak juga yang dari luar Yogya,” imbuh Franky.

Dari keasrian Klangon, kita bisa mengerti kenapa dulu John Lubbock, naturalis asal Inggris, pernah berujar, “Bumi dan langit, hutan dan ladang, danau dan sungai, serta gunung dan laut memang bisa menjadi guru yang sangat baik dan mengajarkan sebagian dari kita lebih dari yang dapat kita pelajari di buku-buku.” [TYS]

Foto-foto Iklan Kompas/Tyas Ing Kalbu dan dokumen Gowes Wes Wes Cycling Community

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 25 September 2017