Begitu memelesat di jalan raya, banyak mata meliriknya. Si kecil yang gesit ini memang memancing perhatian banyak orang. Dengan cara yang sama, ia memikat pemilik-pemiliknya yang kini bergabung dalam Smart Fortwo Community Indonesia (SFCI).

Anggota SFCI berkumpul karena alasan yang sama, kecintaan terhadap mobil Smart Fortwo keluaran Mercedes-Benz. Selalu ada cerita menarik di balik kisah bagaimana akhirnya para anggotanya memutuskan untuk membeli mobil ini. Maklum saja, dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk pembuatan keputusan mengingat mobil ini hanya berkapasitas dua orang dan kurang lazim digunakan sebagai mobil harian. “Kami membeli Smart karena hobi,” ujar Presiden SFCI Ahmad Rulantova, Rabu (30/4/2014).

Rully, panggilan akrab Ahmad Rulantova, bercerita bagaimana ia mula-mula tertarik pada Smart Fortwo. Urusan pekerjaan membuatnya beberapa kali bertandang ke Eropa. Suatu kali, di Paris ia melihat mobil Smart berukuran mini itu melaju cepat di jalan raya.

“Pandangan saya langsung teralih dan merasa mobil itu keren sekali. Saya berkata kepada diri saya sendiri bahwa saya harus punya mobil tersebut,” ujar Rully. Selang beberapa bulan, ia membeli mobil tersebut di Indonesia.

Agus Riyanto, Sekjen SFCI saat ini, juga mengatakan bahwa ia ingin mempunyai Smart Fortwo ketika melihat arak-arakan SFCI sedang melakukan tur dalam kota. “Saya suka mobilnya. Waktu melihat rombongan Smart di jalanan, saya jadi ingin punya juga. Setelah berpikir beberapa bulan, saya akhirnya beli,” ujar Agus.

Mereka tergabung dalam SFCI. Komunitas yang terbentuk pada 16 Juni 2011 ini bertujuan mewadahi para pemilik Smart Fortwo dalam menyalurkan hobi. Kegiatannya beragam, antara lain mengikuti berbagai pameran, touring pendek, sekaligus membantu mengampanyekan cara berkendara yang aman.

Di dalam komunitas, semua kegiatan bersama dengan Smart Fortwo menjadi lebih menyenangkan. “Kalau lagi city tour seru banget, mobil-mobil yang unik ini turun ke jalan ramai-ramai,” ujar Rully.

Salah satu keistimewaannya adalah casing mobil ini bisa dibongkar pasang. “Kita bisa membeli casing-nya secara terpisah. Jika ingin berganti warna, kita cukup mengganti casing-nya, seperti ponsel saja. Prosesnya juga cepat, hanya 1,5 sampai 2 jam,” lanjut Agus. Tak hanya casing, banyak bagian yang bisa diutak-atik seperti velg, spoiler depan dan belakang, knalpot, lampu, interior, sampai karpet. Ini menjadi keasyikan tersendiri bagi para anggota SFCI. Sesekali, mereka juga mengadakan coaching clinic.

Mobil memang bukan sekadar sarana transportasi. Lebih dari itu, kendaraan ini menjadi ajang berkreasi dan aktualisasi diri, SFCI telah menunjukkannya. [NOV]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 3 Mei 2014

Foto: dokumen modifikasi.com