Pantai Tanjung Aan adalah sebuah pantai yang terletak di sebelah timur Bukit Merese, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pemandangan di pantai ini indah.
Tak terasa, bel pulang sekolah berbunyi. Anton bergegas pulang menuju rumahnya dengan naik sepeda. Ia tak pernah meminta ayah atau ibu mengantar dan menjemputnya sekolah, karena memang ia anak yang mandiri. Nah, kebetulan jarak dari sekolah dan rumah tak terlalu jauh. Di perjalanan, ia tersenyum. Ia tak sabar ingin menunjukkan nilai ulangan matematika kepada ayah.
Sesampainya di rumah, “Yah, Ayah!” seru Anton memanggil Ayahnya.
Ayah baru saja keluar dari kamar mandi.
“Ayah, sini! Coba lihat nilai ulanganku!”
Ayah pun langsung menghampiri dan terlihat takjub saat melihat nilai yang tertera di sana, yaitu 10!
“Wah, anak Ayah memang hebat! Sesuai janji Ayah, ayo, kita ke Pantai Tanjung Aan! Tapi, sebelumnya kamu harus ganti baju dulu, lalu makan siang. Ayah bisa bersiap-siap sembari menunggu kamu selesai. Oke?”
“Oke, Ayah!” Anton bersemangat.
Setelah semua beres, Anton dan ayah berangkat menuju Pantai Tanjung Aan dengan bersepeda ria.
Tak berapa lama sampailah mereka di Pantai Tanjung Aan. Baru menginjakkan kaki, Anton bertemu dengan Dodi. Dodi terlihat asyik memotret seorang turis dengan berbagai gaya.
“Dodi, sedang apa kamu di sini?”
“Seperti yang kamu lihat, aku sedang memotret para turis. Lumayan, hasil dari memotret bisa kutabung,” jelas Dodi.
“Wah, ternyata di Pantai Tanjung Aan ada jasa foto seperti itu, ya?” ucap Anton.
“Ada, Anton. Malah sudah menjadi tradisi anak-anak di sini. Dodi sudah selesai memotret, kan? Bagaimana kalau sekarang kita ke sebelah timur. Di sana juga tak kalah menarik lho?” kata ayah.
“Memangnya di sana ada apa, Yah?” tanya Anton kemudian.
“Di sana, ada Batu Payung!” jawab Dodi.
“Betul. Batu Payung itu batu karang yang dibentuk alami oleh erosi.”
“Kenapa namanya Batu Payung, Ayah? Bentuknya seperti payung, ya?” Anton penasaran.
“Betul sekali! Bentuknya memang mirip seperti cendawan atau payung kuncup. Itu terjadi karena gerusan air laut dan angin ribuan tahun, sampai membentuk formasi karang,” jelas ayah lagi.
“Daripada penasaran, ayo, kita ke sana! Sebelum matahari tenggelam!” ajak Dodi.
Ayah, Anton, dan Dodi berjalan beriringan. Ketiganya tertawa sambil menikmati lembut dan putihnya pasir Pantai Tanjung Aan. Ketiganya merasa senang dan bangga dengan keindahan alam Indonesia. *
Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Reni Asih Widiyastuti
Ilustrasi: Regina Primalita
Penutur: Paman Gery (@paman_gery)