Tak perlu punya kemampuan menggambar yang baik, pandai menari, atau bersuara bak penyanyi sopran, dalam sebuah sesi terapi seni, penekanannya adalah ungkapan ekspresi jiwa melalui proses kreatif. Dengan berkreasi, jiwa pun diajak berkelana bebas, keluar dari tubuh yang terpenjara oleh pengalaman traumatik, penyakit, atau gangguan emosional lainnya. Di mancanegara, sesi terapi seni telah mendapat posisi tersendiri dalam lingkup sekolah, rumah sakit, hingga tempat layanan publik lainnya untuk memberi pelayanan psikologis. Apa dan bagaimana sebenarnya terapi seni itu?

Ragam bentuk

Melukis, menggambar, membuat patung, menari, drama, membuat puisi, hingga fotografi, yang kini menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban, merupakan bentuk-bentuk terapi seni yang diberikan para ahli pada yang membutuhkan.

Tak hanya berkreasi, pasien juga diajak untuk menganalisis sebuah karya seni sesuai dengan persepsinya sendiri. Seperti yang dilansir dari situs www.cancer.org, pasien kanker diminta untuk melihat sebuah karya seni, misalnya foto, dan mengungkapkan apa yang mereka lihat dari foto tersebut kepada terapisnya.

Ahli terapi seni akan mendesain program terapi sejak kunjungan pertama untuk mencari bentuk terapi seni yang paling tepat.

30-60 menit

Dari hasil tanya jawab antara ahli terapis dan pasiennya, ditentukan pula frekuensi dan lamanya waktu sesi terapi. Situs www.cancerresearchuk.org mengungkapkan, rata-rata sesi terapi seni adalah 30-60 menit. Sesi terapi pun beragam, bisa dalam bentuk individual ataupun dalam sebuah kelompok.

Di sela-sela sesi terapi ini, pasien diminta untuk membuat salah satu kreasi seni. Bukan, sang terapis tidak akan mengajarkan cara menggambar atau melukis. Tugas mereka adalah mendorong pasien untuk mengekspresikan jiwa melalui karya seni, sekaligus mendorong rasa percaya diri dan kesadaran terhadap diri sini.

Membangun rasa percaya

Seperti halnya dalam setiap proses terapi, relasi yang terbangun antara terapis dan pasien amat penting untuk menciptakan rasa aman dan nyaman. Dengan demikian, ekspresi yang tersimpan dalam pun dapat digali dan memberi hasil yang efektif. Mereka yang menjadi terapis seni pun tak bisa sembarang, melainkan orang-orang yang telah dilatih secara khusus dan mendalami bidang tersebut. [*/ADT]

foto: shutterstock