Setelah menunggu lebih dari 30 tahun, akhirnya moda raya terpadu (MRT) Jakarta resmi diluncurkan. MRT Jakarta adalah sebuah sistem transportasi transit cepat yang menggunakan kereta rel listrik. Sistem transportasi perkotaan ini memiliki 13 stasiun yang terdiri atas  7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah. Berikut ini sekelumit cerita MRT Jakarta mulai dari sejarah, rute, hingga harga tiketnya.

Sejarah

Mengutip dari laman MRT Jakarta , rencana pembangunan MRT di Jakarta sebenarnya sudah dirintis sejak 1985. Namun, saat itu, proyek MRT belum dinyatakan sebagai proyek nasional. Pada 2005, Presiden Republik Indonesia menegaskan bahwa proyek MRT Jakarta merupakan proyek nasional. Berpijak dari kejelasan tersebut, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai bergerak dan berbagi tanggung jawab.

Pada 28 November 2006, penandatanganan persetujuan pembiayaan Proyek MRT Jakarta dilakukan oleh Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Kyosuke Shinozawa dan Duta Besar Indonesia untuk Jepang Yusuf Anwar.

Baca juga: Belajar dari Cara Bangkok Mengurai Kemacetan

Foto-foto: Iklan Kompas/Iwan Andryanto

JBIC pun mendesain dan memberikan rekomendasi studi kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Lalu terjadi kesepakatan antara JBIC dan Pemerintah Indonesia untuk menunjuk satu badan menjadi satu pintu pengorganisasian penyelesaian proyek MRT ini.

JBIC kemudian melakukan merger dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). JICA bertindak sebagai tim penilai dari JBIC selaku pemberi pinjaman. Dalam jadwal yang dibuat JICA dan MRT Jakarta, desain teknis dan pengadaan lahan dilakukan pada tahun 2008–2009, tender konstruksi dan tender peralatan elektrik serta mekanik pada tahun 2009–2010, sementara pekerjaan konstruksi dimulai pada tahun 2010–2014.

Setelah itu, uji coba operasional rencananya dimulai pada 2014. Namun, jadwal tersebut tidak terpenuhi. Desain proyek pun dilakukan mulai tahun 2008 hingga 2009, tahap konstruksi dilakukan mulai Oktober 2013, dan dicanangkan selesai pada 2018.

 Rute stasiun

Sebagian dari konstruksi jalur MRT Jakarta merupakan struktur layang (elevated) yang membentang sekitar 10 kilometer dari wilayah Lebak Bulus hingga Sisingamangaraja. Dari rute tersebut, terdapat 7 stasiun Layang, yaitu Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja.

Depo kereta apinya dibangun berdekatan dengan stasiun Lebak Bulus. Seluruh stasiun penumpang dan lintasan dibangun dengan struktur layang yang berada di atas permukaan tanah, sementara Depo kereta api dibangun di permukaan tanah (on ground).

Sementara itu, konstruksi bawah tanah (underground) MRT Jakarta membentang sekitar 6 kilometer, yang terdiri atas terowongan dan 6 stasiun MRT bawah tanah. Keenam stasiun bawah tanah tersebut, yaitu Stasiun Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia. Metode pengerjaan konstruksi bawah tanah menggunakan tunnel boring machine (TBM) dan tipe earth pressure balance machine (EPB), dengan pembagian koridor paket pengerjaan terbagi menjadi tiga: CP 104, CP 105, dan CP 106.

Fasilitas

Fasilitas yang disediakan pihak pengelola MRT Jakarta cukup komplet. Misalnya ketika masuk ke dalam stasiun, baik layang maupun bawah tanah, tersedia eskalator, elevator, dan tangga. Tersedia juga area komersial yang menyediakan beragam layanan yang dibutuhkan penumpang.

Di area dalam stasiun, tersedia eskalator, elevator, ruang pertolongan pertama, ruang menyusui, toilet umum, platform screen door (PSD), tempat duduk, station front office untuk layanan penumpang (customer services), ticket sales office (TOM), public announcement, dan tactile untuk penyandang disabilitas.

Untuk passenger gate, selain menyediakan model biasa dengan lebar 60 sentimeter, tersedia juga wide passenger gate dengan lebar 90 sentimeter. Wide passenger gate berguna untuk lalu-lalang pengguna kursi roda. Setiap stasiun juga akan dilengkapi dengan jaringan nirkabel dan passenger information display yang berisikan informasi status kedatangan serta keberangkatan kereta.

Fasilitas lain yang ada di dalam kereta yaitu tersedianya bangku prioritas (priority seat) untuk penyandang disabilitas, orang tua, ibu hamil, dan anak-anak. Ada juga tempat barang yang berada di bagian atas bangku prioritas.

Selain itu, di dalam kereta tersedia passenger information display yang berisi peta jalur dan status posisi kereta. Oh iya, di setiap stasiun bawah tanah akan dilengkapi dengan penyejuk ruangan, sedangkan di tiap stasiun layang akan digunakan desain yang mengoptimalkan sirkulasi udara terbuka.

Sinyal telekomunikasi

Ketika berada di dalam kereta yang beroperasi di bawah tanah, bagaimana kondisi sinyal untuk kebutuhan telekomunikasi penumpang? Hingga Rabu (27/3/2019), baru ada sinyal Telkomsel dan Smartfren yang bisa dinikmati sepanjang 13 stasiun oleh para penumpang MRT. Telkomsel adalah pemasang layanan pertama di MRT Jakarta. Operator telekomunikasi yang satu ini memasang 48 BTS di 13 stasiun yang dilewati MRT Jakarta, sedangkan Smartfren baru saja mendapatkan kesepakatan untuk memasang dan menghidupkan perangkat di MRT Jakarta.

Jenis kereta

Mengutip dari laman Kaori Nusantara, kereta MRT Jakarta dibuat oleh perusahaan Nippon Sharyo asal Jepang. Posisi kemudi masinis berada di sisi sebelah kanan karena disesuaikan dengan arah jalur perjalanan kereta.

Seluruh kereta MRT Jakarta dibuat dari material stainless steel. Satu rangkaian kereta MRT Jakarta dapat menampung sebanyak 1.200 penumpang dan jika sangat padat dapat mencapai 1.950 penumpang. Satu unit kereta memiliki 2 unit air conditioning (AC).

Satu rangkaian kereta terdiri atas 6 kereta. Pada kereta 1 dan 6 yang merupakan kereta dengan kabin masinis merupakan kereta tanpa motor penggerak atau disebut juga trailer car (Tc). Untuk kereta 2 hingga 5 yang merupakan kereta tanpa kabin masinis memiliki masing-masing 1 pantograf tipe single arm dengan motor penggerak atau disebut juga motor (M).

Tarif

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah menyetujui tarif MRT Jakarta sebesar Rp 10.000 per 10 kilometer. Tarif antarstasiun nantinya akan berbeda. Tarif minimum ditetapkan sebesar Rp 3.000, sedangkan tarif maksimal yaitu Rp 14.000. Dengan tarif tersebut, jumlah subsidi yang akan dikeluarkan Pemprov DKI Jakarta mencapai Rp 672 miliar hingga akhir 2019.

Metode pembayaran

Untuk bisa naik MRT Jakarta, penumpang perlu menggunakan kartu yang diberi nama Kartu Jelajah. Ada dua tipe kartu ini, yaitu single trip dan multitrip. Kartu Jelajah single trip hanya untuk perjalanan sekali jalan dan masih bisa digunakan maksimal 7 hari. Namun, jika ingin naik menggunakan kartu ini, penumpang perlu isi ulang dulu.

Sementara itu, jika menggunakan Kartu Jelajah multitrip, penumpang bisa menggunakan lebih dari satu kali dan jika saldo habis dapat diisi ulang dengan masa berlaku kartu yang lebih panjang.

Selain menggunakan Kartu Jelajah, ke depannya penumpang juga bisa menggunakan pembayaran elektronik menggunakan kartu bank, yaitu BRI, BNI, Mandiri, BCA, dan Bank DKI.