Hari ini, hari Minggu. Ari bangun pagi-pagi sekali. Ia membantu Ibu memuat hasil kebun ke atas jukung atau perahu kecil. Ada pisang, sirsak, sawo, dan buah mentega. Ibu akan membawa buah-buahan itu ke Pasar Terapung.

“Ari senang Ibu bisa berjualan lagi,” kata Ari pada Ibunya.

“Ibu juga senang. Oh ya, Ari ingin ikut Ibu, kan? Mana maskermu?” tanya Ibu.

Ari menepuk keningnya. Hampir saja ia lupa! Pemerintah Kota Banjarmasin telah membuka kembali Pasar Terapung. Akan tetapi, penjual dan pembeli tetap harus menggunakan masker!

Ari bergegas mengambil masker lalu memakainya.

Ibu tersenyum seraya berseru, “Yuk, kita berangkat!”

Ari mulai mengayuh dayung. Jukung perlahan bergerak mengikuti arus sungai.

Cahaya kemerahan merekah di Timur kaki langit. Ari mengayuh dayung lebih kuat. Jukung melaju semakin cepat. Pasar terapung hanya berlangsung pagi hari. Ia harus bergegas agar tak kehilangan pembeli.

“Huft…, akhirnya kita sampai!” ucap Ari.

Di atas Sungai Barito, jukung-jukung seperti bertebaran. Ada orang-orang yang menjual barang, ada pula orang-orang yang membeli barang. Inilah Pasar Terapung! Inilah salah satu warisan budaya yang menjadi kebanggaan masyarakat Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Namun, sayang, semenjak pandemi, pasar terapung sepi oleh pembeli. Penghasilan para penjual menjadi jauh berkurang. Walaupun demikian, Ibu tetap bersemangat berjualan. Hasil kebun mereka melimpah, tak akan habis jika mereka menikmatinya sendiri.

“Ari lapar” tanya Ibu.

Ari mengangguk malu-malu.

Ibu meminta Ari mengayuh dayung menghampiri jukung milik penjual kue. Setelah berbicara sejenak, Ibu menukar satu sisir pisang dengan kue-kue kesukaan Ari. Ya, inilah keunikan lain Pasar Terapung. Kegiatan bertukar barang atau barter masih dilakukan.

Sebuah perahu kelotok tampak mendekat. Wajah Ibu berseri-seri. Ibu meminta Ari bersiap mendayung lagi. Pedagang lain pun tak mau ketinggalan. Mereka tahu, perahu bermesin itu membawa para wisatawan.

Saat perahu kelotok tiba, suasana menjadi riuh. Jukung-jukung bergerak merubungnya. Banyak penumpang perahu yang membeli dagangan Ibu. Bahkan, buah mentega segera habis terjual.

Ketika tiba waktunya pulang, Ari mendayung dengan riang. Ia gembira karena bisa membantu lagi Ibu berjualan. Ia berharap semoga pandemi segera berlalu dan pasar terapung kembali ramai seperti dahulu. ***

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur

Penulis: Siti Nurlaela
Ilustrasi: Regina Primalita
Penutur: Paman Gery (@paman_gery)