“Wah kamu doyan belanja, ya?” Pertanyaan itu kerap dilontarkan oleh teman kantor, ketika menjumpai kita menenteng banyak kantong belanja, seusai jam makan siang. Merasa terusik dengan pertanyaan tersebut? Cobalah bertanya kepada diri sendiri, apakah benar-benar berbelanja membuat kita senang?

Psikolog keluarga Anna Surti Ariani SPsi MSi Psi berpendapat, ada alasan mendasar mengapa kita bisa menyenangi aktivitas berbelanja. “Pada dasarnya, manusia itu senang memiliki barang baru, lihat benda bagus, dan senang pakai sesuatu yang keren. Lewat berbelanja, kita bisa memiliki benda-benda keren itu. Otomatis, kita pun sudah pasti senang,” ujar Nina, sapaan akrabnya.

Berbelanja memang terbukti menjadi terapi pelepas stres. Hasil penelitian yang dipublikasikan Journal of Psychology and Marketing tercatat bahwa alasan 62 persen orang yang berbelanja adalah untuk menceriakan diri. Sementara sisanya beralasan bahwa dengan berbelanja menjadi momen selebrasi.

Penelitian lain dari situs web www.dailymail.co.uk menerangkan bahwa ada istilah retail therapy yang memberikan kebaikan. Situs web itu memuat artikel dari Journal of Epidemiology and Community Health yang mengatakan bahwa retail therapy saat berbelanja dapat memperpanjang usia.

Nina menjelaskan inti retail therapy adalah belanja yang membuat kita senang. “Perlu diingat, idealnya belanja yang menyenangkan adalah yang tidak menghabiskan banyak uang dan “menghabiskan” tempat di rumah. Hal itu akan terjadi sebaliknya bila dilakukan secara impulsif, tidak diperhitungkan sebelumnya sehingga akhirnya membuat keuangan Anda bermasalah.”

Menikmati

Untuk itu, memang ada alasan berbeda-beda mengapa setiap orang menikmati aktivitas berbelanja, di antaranya Laura Swita Wirawan (32) dan Dicky Winata (24). Keduanya merupakan penyuka belanja yang mengalokasikan waktu setiap bulan untuk berbelanja.

Laura mengatakan, “Saya termasuk orang yang ‘mengimani’ pernyataan new is always better. Di samping itu, belanja merupakan salah satu sarana refreshing, sekaligus untuk melupakan permasalahan. Melihat barang-barang yang terpajang di etalase toko, kemudian membayangkan bagaimana saya akan terlihat cantik dan bergaya ketika mengenakannya, selalu membuat saya senang.â”

Menurutnya, berbelanja juga menjadi sarana menambah pengetahuan. “Berkeliling dan melihat-lihat toko di pusat perbelanjaan atau situs web belanja online membuat saya ter-update tentang barang atau tempat baru yang saat ini sedang digandrungi,” ujar perempuan yang berprofesi sebagai corporate banker ini.

Lain lagi dengan Dicky. Baginya, berbelanja merupakan kebahagian tersendiri. Maklum, sejak kecil Dicky suka melihat baju-baju bagus dan unik. Ketika akhirnya sudah bekerja sebagai konsultan hukum, dia bisa membeli barang yang disukai dengan uang sendiri. Tidak mengherankan jika berbelanja menjadi salah satu aktivitas favorit yang dilakoninya setiap minggu.

Dicky bercerita, “Saat berbelanja, saya juga menemukan kesenangan tersendiri. Setelah Senin hingga Jumat bertemu dengan orang-orang berpakaian kantor yang rapi, saat berbelanja saya bisa melihat dan bertemu dengan orang-orang yang memiliki style unik sekaligus menyenangkan.”

Laura dan Dicky juga memiliki preferensi waktu berbelanja yang berbeda. Laura memilih waktu berbelanja di hari kerja, bukan di akhir pekan. Alasannya sederhana, karena di saat itulah pusat perbelanjaan relatif lebih sepi sehingga membuatnya lebih nyaman dan santai untuk memilih dan mencoba barang-barang yang ingin dibeli.

Namun, jika memang kondisi “memaksanya” untuk berbelanja di akhir pekan, Laura memilih untuk bangun lebih pagi agar dapat tiba di pusat perbelanjaan lebih awal. Dia pun lebih senang berbelanja sendirian karena jika ditemani malah membuatnya tidak bebas dan tidak bisa berlama-lama melihat-lihat barang.

“Saya percaya pada selera sendiri dan tahu apa yang baik bagi saya,” ujar Laura. Umumnya, frekuensi Laura berbelanja kebutuhan pribadi antara empat hingga delapan kali sebulan.

Berkebalikan dengan Laura, Dicky justru memilih berbelanja saat akhir pekan, khususnya Sabtu sore. Menurut pria penggemar olahraga basket ini, waktu ideal untuk berbelanja adalah antara pukul 3 hingga 6 sore. Biasanya dilakukan setiap minggu, meskipun rata-rata dua minggu sekali ada suatu barang yang dibeli.

“Saya lebih menyukai berbelanja jika ditemani dengan orang yang gayanya cocok dengan saya. Soalnya, kita bisa saling kasih saran atau suruh-suruhan berbelanja,” tukasnya.

Amat wajar jika kita menyukai aktivitas berbelanja untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri. Begitu pula dengan Laura dan Dicky. Laura menyukai berbelanja pakaian, kain batik, buku, CD musik, produk tata rias dan perawatan muka, serta aksesori rumah. Sementara, Dicky cukup berbelanja pakaian, antara lain luaran dan kemeja.

Strategi khusus

Tentu saja, sebagai penyuka kegiatan belanja, Laura dan Dicky memiliki strategi khusus agar tetap senang dan nyaman. Bagi Laura, hal yang penting yang perlu diingat adalah berbelanja sesuai kemampuan.

Menurut perempuan yang juga gemar jalan-jalan, makan, dan baca itu, “Dengan mendisiplinkan diri atas budget belanja yang dimiliki, saya merasa lebih tenang saat berbelanja karena yakin tidak akan menimbulkan masalah di kemudian hari, misalnya masalah tunggakan kartu kredit atau ditegur suami. Satu lagi, berbelanja di hari biasa yang relatif lebih sepi membuat saya benar-benar bisa memutuskan barang yang terbaik dari banyak pilihan.”

Di sisi lain, strategi berbelanja melihat gaya fashion yang sedang menjadi tren, bisa menjadi pilihan. Strategi itulah yang dipakai Dicky dengan menyambangi pop-up market yang sedang menjamur di mal-mal Jakarta. Seusai berbelanja, dia kerap mengalami perasaan campur aduk.

“Puas, bahagia, dan sedih kadang menjadi satu. Tapi akhirnya, lebih baik beli daripada menyesal karena tidak beli lalu kepikiran, kan?”ucap Dicky.

Melihat fenomena gemar berbelanja yang dilakukan banyak orang, memang diperlukan strategi khusus agar membuat belanja jadi menyenangkan. Itu penting agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

“Janganlah berbelanja berlebihan, apalagi jika dijadikan sebagai pelarian semata. Jika hal itu terjadi, Anda perlu menginstropeksi diri, kenapa merasa tidak bahagia. Cobalah juga untuk lebih mau mendengarkan komentar teman-teman jika mereka mulai lebih kritis melihat kebiasaan Anda itu,” saran Nina. Jadi, seperti apa gaya belanja versi Anda? [AJG]

Judul: “Window Shopping
32.5 x 17 cm
Cat air di atas kertas
2015

Referensinya didapat dari gabungan gambar di internet (stock photos, dll.). Inspirasi ini muncul karena pada dasarnya saya memang menyenangi gambar suasana, entah menggambar langsung atau mencontoh.

Biodata
Nama: Poppy Rahayu
Kontak: poppyrahayu0709@gmail.com / 085782090920
Blog: http://popiumworks.tumblr.com
Pendidikan: Seni Rupa ITB

noted: berbelanja benar itu menyenangkan