Melakukan perjalanan menjadi pilihan banyak orang untuk mengisi liburan akhir tahun. Kisah perjalanan dapat menjadi pengalaman yang membekas. Selain sebagai kenangan pribadi, pengalaman itu boleh jadi bermanfaat bagi orang lain.
Gagasan untuk mendokumentasikan perjalanan muncul dalam benak Lenny Lim saat mengikuti program pertukaran pemuda ke Australia. Banyak pengalaman hebat dan kisah menarik selama di negeri Kanguru. Sayangnya, sekembalinya ke Tanah Air, Lenny baru sadar tidak memiliki banyak catatan dan foto-foto kegiatan selama di Australia. Dari situ, ia mulai berpikir untuk mendokumentasikan setiap perjalanan yang dilakukan.
Sejak kecil Lenny memang sudah hobi menulis. Awalnya hanya untuk tempat “curhat” dan menjadi konsumsi pribadi. Beranjak dewasa, ia mulai menulis pengalaman perjalanan sehingga bisa juga dibagikan kepada orang lain. Setelah pengalaman pertukaran pemuda itu, pada 2011 Lenny mulai menjadi bloger perjalanan. Sempat timbul-tenggelam, kegiatan menulis blog ini mulai benar-benar diseriusi pada 2015.
Alam, budaya, dan makanan
Meski tidak menganggap sebagai hal yang spesial, momen tahun baru menjadi kesempatan untuk berlibur dan berkumpul dengan keluarga. “Tidak ada perayaan khusus, paling ngobrol saja, ada apa pada tahun yang baru, apa yang mau direalisasikan. Yang diutamakan kebersamaan dan quality time,” papar Lenny.
Jalan-jalan menjadi kegiatan favorit keluarga Lenny. Kedua orangtuanya yang menetap di Jambi juga masih gemar melakukan perjalanan naik mobil. Sementara Lenny dan adiknya yang masih kuliah di Jakarta tak ketinggalan untuk jalan-jalan. Pada liburan akhir tahun 2017 kemarin, Lenny memilih untuk jalan-jalan ke Bangka.
Bangka dikenal dengan panorama pantai yang memesona dengan bebatuan granitnya. Pada 29–30 Desember lalu, digelar Jazz on the Bridge-Bangka (JOBB) di Pantai Koala, tepatnya kawasan Jembatan Emas, Pangkalpinang. Sejumlah musisi jazz papan atas Tanah Air turut meramaikan acara di lokasi ikonis Bangka Belitung ini, di antaranya Idang Rasjidi, Fariz RM, Tompi, dan Mus Mujiono.
Bagi Lenny, setiap tempat yang dikunjungi memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga sulit dibandingkan. Destinasi paling jauh yang dikunjunginya adalah Amerika. Ia mendapatkan beasiswa CCIP dan menetap setahun di negeri adidaya tersebut. Di situ, ia merasakan budaya masyarakat Amerika yang sesungguhnya. Ia sempat merasakan suasana Natal ketika seluruh kota tertutup salju, lalu merayakan tahun baru bersama keluarga angkat.
Alam, budaya, dan makanan menjadi daya tarik utama bagi Lenny saat melakukan perjalanan. Kalau bicara alam, bagian timur Indonesia menjadi andalan karena pantai dan alam bawah lautnya sangat indah. Umumnya juga belum banyak dipenuhi turis sehingga masih asli. Untuk pantai, Nusa Tenggara Timur dan Wakatobi di Sulawesi Tenggara menjadi destinasi paling keren yang pernah dikunjungi Lenny.
Berbagi pengalaman
Dokumentasi perjalanan dapat membantu untuk mengingat kembali pengalaman berkesan di suatu destinasi. Dengan dipublikasikan melalui blog, pengalaman itu bisa dibagikan kepada publik yang lebih luas. Selain berbagi informasi, interaksi pun terjalin.
Lenny menuturkan, ia memiliki pembaca setia seorang kakek dari Australia. Meski belum pernah bertemu, dari komentar-komentarnya, Lenny dapat mengenali kakek itu. Pertemanan pun terjalin.
Ia juga tergabung dalam komunitas perjalanan Travel Blogger Indonesia. Melalui jejaring ini, ia mendapat informasi, inspirasi, dan rekomendasi untuk melakukan perjalanan. Seperti pada perjalanan ke Bangka, ia mendapatkan rekomendasi rental kendaraan dari komunitas.
Menjangkau khalayak yang lebih luas juga dapat dilakukan dengan menerbitkan buku. Sejauh ini, sudah dua buku yang memuat karya Lenny. Yang pertama adalah buku indie antologi cerpen terkait perjalanan. Berikutnya adalah 35 Destination: Travel Bucket List bersama sejumlah penulis lain. Selain itu, tentu saja karya Lenny bisa disimak di blog Travel Diary di www.len-diary.com.
Destinasi yang masih menjadi impian Lenny adalah Jepang. Sebagai penggemar komik, manga, dan anime, ia ingin melihat langsung dan merasakan Jepang yang sesungguhnya. Sementara itu, di dalam negeri, semua destinasi termasuk dalam bucket list. [ACA]
Kredit foto: Dok Lenny Lim
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 4 Januari 2018