Di sebuah rumah di Manado, Sulawesi Utara, Arina termenung di teras rumahnya. Bocah perempuan kelas 6 SD ini merasa bosan karena terlalu lama berada di rumah. Apalagi ini hari Minggu. Biasanya, sebelum Covid-19 merebak, pada hari Minggu, Arina bermain sepeda bersama teman-temannya.

Satu ide muncul di benak Arina. Ia ingat di kulkas masih ada sisa ikan asap untuk lauk kemarin. Ia pun menuju kamar mamanya.

“Mama, bagaimana kalau kita membuat kue panada? Arina ingin membagikannya untuk teman-teman Arina.”

Hmm, boleh. Bahan-bahannya sudah ada semua di kulkas.” Mama Arina beranjak dari kasur, lalu berjalan menuju dapur. “Arina buat isinya dan Mama akan membuat kulitnya.”

Yay! Siap, Mama!” Arina pun bergegas mengambil ikan asap, bawang putih, dan bawang merah dari kulkas.

Panada adalah kue berbentuk pastel dengan isian ikan asap yang dihancurkan lalu dicampur dengan bumbu halus. Panada merupakan kue khas Manado.

Arina memang terbiasa membuat panada bersama mamanya. Kali ini, Arina bertugas menghaluskan bawang putih dan bawang merah dengan blender. Sambil menunggu kedua bahan itu halus, Arina menghancurkan daging ikan asap. Daging ikan itu lalu ditumisnya dan dicampurkannya dengan bumbu halus. Sekarang, tinggal menunggu adonan kulit yang dibuat Mama mengembang.

Satu jam berlalu, Arina memasukkan ikan asap yang sudah diolah ke dalam bahan kulit panada yang sudah dibuat mama. Ia memipihkan adonan yang sebelumnya berbentuk bulat serta mengisinya dengan ikan asap di tengahnya. Tak lupa Arina menutup adonan yang sudah diisi ikan asap menjadi setengah lingkaran, agar isinya tidak keluar.

Karena pinggiran panada harus dilipat-lipat menjadi seperti kue pastel, mamalah yang melakukannya, karena tangan Arina belum terlalu gesit melakukannya. Setelah itu, bahan kue panada pun siap digoreng.

Mama lalu mulai menggoreng kue panadanya.

“Arina siapkan tempat untuk diberikan pada teman-temanya, ya, Ma!” kata Arina. Mamanya mengangguk.

Sementara itu, warna panada di wajan sudah tampak kecokelatan. Melihat itu, Mama segera meniriskannya karena berarti kue panadanya sudah matang.

Setelah kue-kue panada ditiriskan beberapa waktu, Arina pun dengan bersemangat memasukkan kue-kue itu ke dalam kotak karton mini untuk segera dibagikan ke teman-teman bermainnya.

Beberapa saat kemudian, Arina yang sudah mengenakan masker sudah siap untuk mengantarkan kue-kue panadanya.

Ia berjalan menuju rumah di sebelahnya. Untuk menghindari kontak fisik langsung, Arina pun menggantungkan bungkusan kotak kue panada di pagar rumah temannya itu, dan berkata, “Bella! Kita punya panada buat ngana!”

Lalu ia berturut-turut melakukan hal yang sama di rumah teman-temannya yang lain. Sampai kemudian semua bungkusan kue panada yang dibawanya telah habis dibagikan.

Sesampainya kembali di rumahnya, Arina segera mencuci tangannya dengan sabun.

Bagemana? Habis panadanya?” tanya mamanya.

Arina mengacungkan jempol. “Habis semua, Ma!”

Mamanya pun tersenyum bangga pada Arina, yang punya semangat berbagi kepada teman-temannya.*

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis:  Athiarahima M
Pendongeng: Kang Acep (Youtube : Acep Yonny)
Ilustrasi: Regina Primalita