“Putu, makan bareng, yuk,” ajak Ayu.
Putu mengangguk, dan Ayu pun mengajak Putu makan bersama dengan teman-temannya yang lain. Dari dulu, Ayu dan teman-temannya punya kebiasaan saling berbagi lauk yang mereka bawa, supaya teman-teman yang lain juga bisa mencoba lauk teman-teman yang lainnya.
Hari itu, ada Mirna yang membawa tahu dan tempe bacem yang langsung dia bagikan kepada teman-temannya yang lain. Setelah itu, ada Winda yang membawa ikan nila goreng. Terakhir, Ayu membawa tumis daging sapi. Pertama, dia membagikannya kepada Mirna dan Winda.
“Wah, kelihatannya enak. Ibu kamu yang masak?” tanya Mirna dan Winda.
Ayu mengangguk bangga. Kemudian, Ayu juga berbagi sebagian pada Putu. “Kamu coba juga ya, Putu. Enak kok,” katanya.
Sayangnya, Putu menolak tawaran Ayu, membuat Ayu, Mirna, dan Winda terlihat kaget. “Maaf, tapi aku tidak makan daging sapi,” katanya.
Ayu merasa kecewa saat Putu menolak makanan pemberiannya. Selain itu, dia merasa bahwa Putu sepertinya tidak suka berteman dengannya. Ayu pun menceritakan kejadian tadi pada ibunya.
“Padahal, Putu belum coba daging sapinya, tapi dia langsung menolak, Bu. Apa dia tidak mau berteman sama Ayu ya, Bu?” tanyanya.
Ibu mengelus kepala Ayu dengan lembut. “Ayu jangan berpikiran begitu. Putu kan dari Bali, besar kemungkinannya bahwa dia beragama Hindu, makanya dia tidak makan daging sapi.”
“Kenapa mereka tidak makan daging sapi, Bu?”
“Karena bagi umat Hindu, sapi dianggap sebagai hewan yang suci, makanya mereka tidak makan daging sapi. Coba besok kamu bawa lauk yang lain, siapa tahu Putu akan makan.”
Akhirnya, keesokan harinya ibu membawakan Ayu lauk berupa telur rebus bumbu Bali. Seperti biasa, Ayu kembali mengajak Putu makan bersama dan membagikan lauknya pada Putu. Putu mencoba telur rebus bumbu Bali tersebut dan tersenyum puas.
“Enak, Yu!” katanya.
Ayu, Mirna, dan Winda pun tertawa bersamaan. Sejak saat itu, setiap kali makan bersama Putu, mereka tidak pernah membawa makanan yang terbuat dari daging sapi untuk menghormati keyakinan Putu. *
Penulis: Audrey Regina
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita