logo nusantara bertutur

 

 

 

Hari ini, cuaca sangat panas. Belo, si gajah sumatera, ingin segera berendam di rawa dan meminum airnya. Pasti segar sekali.

Belo yang tinggal di hutan Pulau Sumatera itu akhirnya beranjak menuju sebuah rawa kecil di hutan.

“Akhirnya, sampai juga!” seru Belo. “Aku bisa minum dan merendam tubuhku.”

Belo bergegas menuju tepi rawa. Tepat saat itu, dua ekor gajah sumatera lainnya datang. Mereka adalah Gaga dan Elli, teman Belo.

Minggir, Belo,” sahut Gaga. “Aku lebih dahulu sampai di rawa ini. Kamu cari saja rawa lain.”

“Tidak bisa begitu, dong,” jawab Belo. “Aku sampai di rawa ini lebih dahulu. Kamu saja yang pergi.”

“Jangan menyerobot dong, Belo!” Gaga bersikeras.

“Aku tidak menyerobot. Aku memang datang lebih dahulu,” jawab Belo teguh.

“Kamu kok diam saja, Elli?” Gaga menatap Elli yang datang bersamanya. “Katakan! Kita yang lebih dahulu datang, kan?”

Elli menatap kedua temannya bergantian. “Bagaimana kalau kalian berdua bersama-sama saja masuk rawa? Sepertinya cukup untuk kalian berdua.”

“Tidak bisa. Belo datang kalah cepat dengan kita. Jadi, kita berdua saja, Elli, yang masuk ke rawa,” jawab Gaga.

“Tapi, aku juga ingin masuk,” Belo bersikeras.

“Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?” terdengar sebuah suara.

Ketiga gajah kecil di tepi rawa itu menoleh. Rupanya itu adalah Pak Mossi Gajah, gajah sumatera yang terkenal bijak.

“Kita semua sesama gajah kan bersaudara. Tidak baik bertengkar seperti itu,” ujar Pak Mossi.

Belo, Gaga, dan Elli lalu bergantian menceritakan kejadiannya pada Pak Mossi. Pak Mossi mendengarkan penuh perhatian.

“Coba kalian ikut saya,” Pak Mossi mengajak ketiga gajah kecil mendekati sebuah pohon tak jauh dari rawa.

Pak Mossi lalu menunjuk ke arah barisan semut di pohon itu. Semut-semut itu terlihat kompak dan bahu membahu membawa makanan.

“Kalian tahu kenapa semut bisa mengalahkan seekor gajah?” tanya Pak Mossi kemudian.

Belo, Gaga, dan Elli menggeleng.

“Karena para semut selalu kompak dan cinta damai. Jika bersatu, para semut bisa membuat gajah kesakitan. Selain itu, lihatlah, mereka juga ramah terhadap sesama semut lain. Mereka selalu menyapa saat berpapasan,” jelas Pak Mossi.

Belo dan Gaga lalu menunduk malu. Benar, kata Pak Mossi. Semut-semut yang jauh lebih kecil dari mereka berdua itu, ternyata bisa hidup dengan damai dan kompak, bahkan walaupun jumlah mereka sangat banyak.

“Maafkan aku, Gaga,” ujar Belo kemudian.

“Aku juga minta maaf, Belo,” balas Gaga tersenyum ramah.

Ketiga gajah kecil itu lalu masuk rawa bersama-sama. Meski kecil, rawa itu cukup untuk mereka bertiga. Pak Mossi tersenyum lega. Belo dan kedua temannya sudah bisa mengambil pelajaran penting dari para semut. *


Penulis: Hamidah Jauhary
Pendongeng: Kang Acep
Ilustrasi: Regina Primalita