Jalan-jalan ke luar negeri akan lebih lengkap bila kita mengamati perilaku penduduk setempat atau cara pemerintah negara itu mengelola kehidupan rakyatnya. Konon, hanya dengan mencermati lalu lintas di sebuah negara, kita akan mendapat gambaran tentang kemajuan peradaban masyarakatnya.

Semua kota besar tak luput dari kemacetan lalu lintas. Bila kita datang ke Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, Taipei, Tokyo, atau Seoul, dapat pula dijumpai remah-remah kemacetan lalu lintas. Jakarta, bukan satu-satunya kota dengan kemacetan yang amat serius.

Dulu Bangkok pernah dinilai sebagai kota termacet di dunia. Semua berawal dari meningkatnya daya beli masyarakat, utamanya dalam hal belanja kendaraan bermotor. Di Bangkok, dalam sehari, diperkirakan terjadi pembelian mobil pribadi mencapai 800 unit. Sementara itu, pembelian sepeda motor sekitar 700 unit per hari. Hal itu tak sebanding dengan kapasitas jalan yang tersedia di sana.

Antrean kendaraan dapat kita lihat di kawasan Asok dan Silom-Sathorn. Kawasan itu merupakan pusat kegiatan ekonomi Bangkok. Pada waktu-waktu tertentu, seperti saat jam pulang kantor, kendaraan harus merayap pelan. Mirip Jakarta.

Namun, masyarakat Bangkok tampaknya masih menjunjung budaya antre. Pengemudi kendaraan pribadi maupun angkutan umum sabar dalam antrean. Hal yang membuat kagum, yakni minimnya suara klakson yang memekakkan telinga dan tidak ada angkutan kota yang berhenti di perempatan jalan.

Setiap pengemudi dituntut mematuhi peraturan lalu lintas. Pihak berwenang mengawasi pengguna jalan dengan kamera tersembunyi (CCTV) yang dipasang di dekat lampu pengatur lalu lintas. Barangkali itulah sebabnya di Bangkok jarang terlihat polisi lalu lintas.

Seperti Jakarta, di Bangkok dengan mudah dapat kita temukan bus kota yang tampak senja, tanpa pendingin udara. Bedanya, bus-bus tua itu dikemudikan dengan santun dan tak mengancam keselamatan pengguna jalan lainnya.

Mungkin itu pula sebabnya, warga Bangkok yang kaya raya berani membawa mobil mewahnya, seperti Ferrari dan Lamborghini, di jalanan pusat kota. Angkutan umum dan mobil mewah tetap harus mengantre dengan sabar bila berhenti saat lampu merah.

Pemerintah Thailand tampaknya cepat tanggap dalam mengurai keruwetan lalu lintasnya. Semenjak mengoperasikan kereta Bangkok Mass Transit System (BTS) dan MRT (kereta bawah tanah), sedikit demi sedikit kemacetan bisa terberai. Kedua sistem transportasi itu pun menyediakan peta lengkap yang dapat diunduh melalui internet.

Pemerintah Thailand juga membangun infrastruktur yang tidak main-main. Mereka sudah menerapkan jalan raya triple-decked (bertingkat tiga). Dampaknya cukup besar, selain mengurangi kemacetan, tingkat polusi pun ikut turun. [TYS]

 

Foto:iklan Kompas/Tyas Ing Kalbu

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 31 Juli 12