Salah satu upaya mencegah penyebaran Covid-19 adalah menjaga jarak dengan orang lain. Sebelumnya, menjaga jarak dikenal dengan menjaga jarak sosial (social distancing). Sekarang, istilah itu diganti dengan menjaga jarak fisik (physical distancing). Apa bedanya?
Perbedaan physical-distancing dan social-distancing
Pada dasarnya, perbedaan itu diubah pengertiannya karena yang diperlukan untuk menjaga jarak antar-orang secara fisik dan bukan secara sosial. Sepanjang secara fisik menjaga jarak, kamu tidak perlu menjaga jarak secara sosial.
Jadi, physical-distancing bisa diterjemahkan sebagai kegiatan menjaga jarak aman dan disiplin untuk melaksanakannya, sesuai dengan yang tercantum di dalam situs web Sekretariat Negara. Jadi, kamu bisa tetap menjalin tali silaturahmi melalui media lain, tanpa harus berdekatan secara fisik. Misalnya, menggunakan media sosial, telepon, atau mungkin surat-menyurat seperti zaman dulu, kalau kamu mau.
Kenapa harus physical distancing ?
Menurut anjuran WHO dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sebaiknya jaga jarak fisik antara diri kita sendiri dan orang lain demi menghindari batuk atau bersin setidaknya sejauh 1 meter. Menurut anjuran Centers for Desease Control (CDC), jarak yang perlu dipertahankan adalah setidaknya 2 meter.
Mengapa demikian? Inilah penjelasannya.
Covid-19 menular pada jarak dekat
Penyakit Covid-19 dapat menular dengan mudah. Menurut dr Santi dari Kompas Gramedia Medical Centre, jalur utama penularan adalah melalui tetesan kecil (droplet) yang keluar dari hidung atau mulut penderita Covid-19 saat mereka batuk atau bersin.
Maka, sangat penting bagi orang yang sakit untuk tetap berada di rumah atau kamar. Jika terpaksa harus keluar rumah atau kamar, kenakanlah masker.
Jika orang tanpa masker ingin batuk atau bersin, selalu terapkan etika batuk dan bersin. Etika batuk atau bersin adalah ketika batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung dengan tisu atau memalingkan muka ke lengan atas bagian dalam.
Jika etika batuk atau bersin tidak dijalankan, droplet akan menyebar dan dapat langsung terhirup oleh orang-orang yang berada dalam jarak kurang dari 1 sampai 2 meter dari orang yang batuk atau bersin tersebut. Agar setiap orang menerapkan jarak fisik, jauh lebih baik menganggap bahwa setiap orang yang batuk dan bersin adalah orang yang mengidap Covid-19 walaupun sebenarnya belum tentu.
Agar mudah dijalankan, jarak 1 sampai 2 meter adalah kurang lebih sama dengan jarak antara 2 orang yang berhadapan dan sama-sama melakukan lencang depan, atau jarak antara 2 orang yang terpisah dengan lebar sebuah mobil.
Dan, sebaliknya, jauh lebih aman, jika kita selalu menganggap diri kita menderita Covid-19. Dengan beranggapan diri sakit, tentunya kita akan lebih berhati-hati agar orang di sekitar tidak tertular dengan cara menerapkan etika batuk dan bersin serta menjaga jarak fisik.
Menjaga jarak harus diterapkan dalam situasi apa pun, ketika mengantre di kasir, di halte, di kantin, dan sebagainya. Jaga jarak tidak hanya dilakukan dengan orang yang ada di hadapan kita, tetapi semua orang yang ada dalam radius 1 sampai 2 meter dari arah mana pun.
Penularan tidak disadari
Virus penyebab Covid-19 juga bisa masuk ke dalam tubuh jika orang sehat menyentuh droplet dari penderita Covid-19 yang jatuh ke permukaan benda di sekitarnya dan kemudian menyentuh mulut, hidung, dan matanya dengan tangan yang belum dicuci. kamu pasti tidak menyadari kapan tangan kita menyentuh droplet itu.
Maka, sangat penting untuk menjaga kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir. Gunakan hand sanitizer jika tidak tersedia sabun dan air mengalir. Hindari menyentuh mulut, hidung, dan mata dengan tangan yang belum dibersihkan.
Senantiasa membersihkan barang-barang yang sering disentuh (HP, gagang telepon, pulpen, mouse dan keyboard, tombol pintu, tuas keran air, tombol toilet) atau yang berpotensi tercemar oleh droplet (meja atau dinding) dengan cairan disinfektan. Maka, daripada waswas dan harus bolak balik cuci tangan, lebih baik jaga jarak dulu, deh.Â