Sekarang, kita tak terlalu asing dengan istilah smart city. Setidaknya ini dimulai sejak peluncuran Indeks Kota Cerdas Indonesia 2015. Meski demikian, barangkali masih banyak yang belum mengetahui secara lebih lengkap tentang konsep kota cerdas dan perwujudannya.

Sedikitnya terdapat enam karakteristik smart city yang harus dimiliki oleh sebuah kota agar layak menyandang predikat canggih tersebut. Karateristik ini merujuk penjabaran dari European Smart Cities.

Pertama, smart economy. Suatu kota bisa dinilai telah menjadi smart city jika kota tersebut mampu menggelar kegiatan ekonomi yang berkelanjutan. Produktivitas tinggi dan semangat berinovasi yang menonjol dari warga kota diperlukan untuk mewujudkan smart city.

Kedua, smart mobility. Kemajuan teknologi tak bisa dipisahkan dari syarat kota cerdas. Oleh sebab itu, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi serta sistem transportasi yang aman dan inovatif wajib tersedia untuk menjadi smart city.

Ketiga, smart environment. Kota cerdas tidak hanya mengandalkan kemajuan teknologi. Sebab, kota tersebut juga harus bisa menyelaraskan kemajuan teknologi sembari melestarikan lingkungan. Oleh karena itu, tingkat polusi yang rendah juga menjadi syarat bagi smart city.

Keempat, smart people. Warga suatu kota menjadi komponen penting untuk mendukung terbentuknya smart city. Warga perlu ikut berpartisipasi dalam kepentingan publik, menjaga pluralitas etnis maupun sosial, serta memiliki pikiran yang terbuka.

Kelima, smart living. Kesehatan dan pendidikan menjadi salah satu faktor kemajuan suatu kota. Oleh karena itu, ketersediaan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang memadai menjadi salah satu syarat untuk mewujudkan smart city.

Keenam, smart governance. Pemerintahan juga memegang peranan penting untuk berdirinya suatu smart city. Transparansi dan budaya antikorupsi menjadi kunci pemerintahan yang mengusung smart city. Selain itu, akses pelayanan publik harus mudah didapatkan oleh warga kota sesuai kebutuhannya.

Sejumlah negara telah berhasil mendirikan beberapa smart city. Dari benua Eropa, kita bisa mengambil contoh Barcelona di Spanyol dan Vienna di Austria. Sementara dari Asia, kita bisa merujuk Kashiwanoha di Jepang.

Barcelona

Sejak jauh hari, Barcelona telah memulai langkah inisiatif unggulan, yaitu smart lightning, smart energy, smart water, smart transportation, dan mobilitas bebas karbon. Sekitar 50 persen energi penerangan kota ini dikendalikan dari jarak jauh, yang diikuti sedikitnya 12 persen taman kota telah dilengkapi alat pengendali irigasi jarak jauh. Kota ini juga terus menambah jalur sepeda dan pejalan kaki.

Wina

Kota ini juga sejak lama sudah menjalankan beberapa program untuk menunjang terciptanya ekosistem smart city. Contohnya, Action Plan 2012–2015, Roadmap 2020, dan Smart Energy Vision 2050.

Wina berani menerapkan program tesrbut karena otoritas kotanya selalu melibatkan para stakeholder untuk mengonsultasikan banyak hal. Semisal, pengurangan emisi karbon, penataan transportasi, dan tata kelola lahan. Hal ini dilakukan dengan harapan kotanya mampu menjadi pemain penting smart city di Eropa. Selain itu, kota elegan di tepi Sungai Danube ini pernah terpilih menjadi kota yang menawarkan kualitas hidup terbaik di dunia.

Ibu kota Austria ini juga menyajikan konsep budaya yang dinamis serta layanan kesehatan komprehensif dan biaya perumahan yang moderat. Transportasi publik yang ekstensif di Wina juga cukup murah dengan sistem kartu tahunan. Tak ketinggalan, kedai-kedai kopi, arsitektur, istana, opera, dan lembaga-lembaga budaya dari era Habsburg membuatnya menjadi tujuan pariwisata utama.

Kashiwanoha

Kashiwanoha yang terletak di Prefektur Chiba ini dikembangkan oleh Mitsui Fudosan Co. Pusat kota yang terdiri atas perkantoran, pertokoan, dan  hotel sudah dibuka sejak pertengahan Juli 2014. Di atas tanah seluas 300 hektar, kompleks ini menggunakan panel surya dan baterai penyimpan listrik yang saling terhubung dan mampu mengirimkan tenaga ke seluruh distrik hingga mengurangi konsumsi energi sebanyak 26 persen pada jam sibuk.

Sekali lagi, agar konsep kota pintar bisa berjalan, partisipasi warga amat diperlukan. Suatu kota pintar melaksanakan efisiensi dalam tata kelola kotanya sehingga mencegah pemborosan di berbagai sektor sehingga menciptakan kualitas hidup yang lebih baik. Selain partisipasi aktif warga, smart city juga membutuhkan smart policy dari pemerintah daerah dan pusat. [*]