Untuk memperdalam definisi tersebut, Kognisi mengadakan webinar yang diselenggarakan pada 30 September 2020 yang lalu dengan jumlah lebih dari 300 peserta. Doan Simanullang selaku Head of Media Academy KG Media menjadi narasumber webinar dengan judul “Grit: finding happiness in your career”.
Sebelum memulai sesi, Doan menanyakan kepada para peserta, “Apakah Sobat Kogi bahagia pada hari ini?” dengan mengisi skala kepuasan hidup yang salah satunya terdapat dimensi kebahagiaan. Dari beberapa pertanyaan dalam skala, Doan menyinggung salah satunya, “Jika bisa mengulangi hidup, saya hampir tidak akan mengubah apa pun.” Hal ini menarik karena jika sudah bahagia dengan pekerjaan, pengalaman baik dan buruknya yang akan mewarnai perjalanan kehidupan.
Semangat kegigihan versus talenta
Ketika Doan mulai menyinggung tentang grit, ia merujuk kepada buku dan penemu konsep grit yaitu Angela Duckworth. Doan menceritakan kisah hidup Angela yang saat masih kecil melakukan tes intelegensi dengan hasil tidak jenius. Ayahnya kecewa dengan hasil tersebut dan berulang kali melabel Angela sebagai orang yang tidak pintar.
Namun, setelah beranjak dewasa pada tahun 2013, Angela mendapatkan penghargaan MacArthur Fellowship yang diberikan kepada orang yang dedikasi, orisinalitas, dan kreatif menghasilkan kontribusi pada lingkungan. Walaupun Angela bukan orang yang jenius, dari situ, ia menemukan konsep grit yang menyatakan bahwa keberhasilan ditentukan oleh gairah (passion) dan kegigihan (perseverance).
Kemudian, Doan mengajak para peserta untuk mencari benda di sekitar yang bisa melambangkan grit. Doan menganalogikan pulpen sebagai grit, “Bagi saya, pulpen membantu saya untuk menjadi grit. Kenapa? Karena dengan benda ini, saya bisa merencanakan goals saya.” ungkap Doan.
Setiap orang dapat mendefinisikan grit secara berbeda. Namun, yang terpenting definisi tersebut dapat diartikan sebagai seseorang yang memiliki gairah dan kegigihan untuk mencapai tujuan jangka panjang. Demi mencapai tujuan, individu memerlukan dorongan untuk terus bertahan (endurance) karena mencapai tujuan, entah dalam dunia profesional ataupun personal kerap kali merupakan maraton bukan lari cepat (sprint).
Tetapkan tujuan: gairah dan kegigihan sebagai modal utama
Kemampuan menahan penderitaan adalah makna dari kata passion menurut bahasa latin. Dalam menggambarkan makna gairah (passion), Doan menceritakan kisah seorang teman yang berpendidikan tinggi dan mendapatkan tawaran kerja yang layak. Namun, tawaran kerja tersebut ditolak karena tidak sesuai dengan passion-nya, yakni melukis.
“Menurut Angela Duckworth, passion adalah minat terhadap sesuatu. Atau mencapai sesuatu dengan konsistensi pada minat dan usaha.” jelas Doan. Namun, minat bukanlah passion, tetapi minat adalah benih dari passion.
Bagaimana menerka passion kita? Doan menjelaskan bahwa passion sudah terlihat dari kecil dengan melihat minat pada aktivitas yang disukai dan ketika menjalankannya seolah hal tersebut memancarkan energi yang “gue banget”. Namun, apakah minat (interest) saja cukup? Jelas tidak.
Di sisi lain, individu juga memerlukan usaha (effort) dan investasi baik waktu, uang, dan energi untuk mengubah minat menjadi keterampilan (skill) yang bernilai guna. Doan menggambarkan proses tersebut dengan pengingat bahwa “memelihara atau menjaga bara dari passion itu penuh proses yang menimbulkan derita, tetapi derita itu menjadi worth it apabila kita tahu tujuan yang hendak kita capai,” tuturnya.
Setelah memiliki keterampilan yang diiringi dengan usaha kita akan mencapai tujuan yang diinginkan, itulah grit. Tujuan (purpose) dapat diraih dengan gairah (passion), nilai personal (personal value), dan nilai pada orang lain (value to others). Doan menjelaskan, “Tujuan hidup menjadi individu yang bertumbuh, kembangkan hal yang menjadi kekuatan, dan membantu orang lain. Tantangan pasti ada, kuncinya ada di pola pikir bertumbuh atau growth mindset.”
Terakhir, Doan berpesan mengenai pentingnya dukungan sekitar, baik emosional, instrumental, relasi pendamping, maupun informasi. Ini menjadi masuk akal karena individu tidak akan mungkin mencapai puncak gunung tanpa mendaki bukit-bukitnya terlebih dahulu.
Kognisi adalah produk turunan Growth Center, yang merupakan platform berbasis edukasi persembahan Kompas Gramedia yang dibangun pada Mei 2019. Kognisi secara periodik juga mengadakan webinar yang terbuka untuk publik. Informasi lebih lanjut mengenai webinar Kognisi selanjutnya bisa langsung dikunjungi di akun Instagram @kognisikg dan situs learning.kompasgramedia.com (khusus karyawan Kompas Gramedia). Selamat belajar, Kogi Friends! Stay safe, healthy, and sane!
Penulis: Riska Krisnovita, Editor: Sulyana Andikko.