Matahari belum terbit. Mama sedang sibuk menghitung kue-kue yang ada di meja. Ada kue lapis, kue bugis, kue putu mayang, dan pastinya kue bika ambon, kesukaan Sheila. Setahun sebelum pandemi, Mama memutuskan untuk berjualan kue-kue pasar di sekolah dekat rumah. Hasil penjualannya lumayan, bahkan bisa digunakan untuk membayar uang sekolah Sheila.

Namun, akibat pandemi, Mama tidak bisa lagi berjualan di sekolah. Sekarang, Mama hanya bisa menawarkan dagangannya kepada tetangga. Terkadang Mama pulang dengan tangan penuh.

“Shei, setelah dipikir-pikir, Mama semakin yakin untuk berhenti berjualan…” ucap Mama sambil mengaduk teh di hadapannya. Sheila yang sedang melahap kue bika ambon buatan Mama langsung tertegun.

Mama mengembuskan napas, lalu melanjutkan, “Hasil penjualannya kurang bagus, Shei. Kalau dipaksa, malah rugi. Jadi, mulai besok, Mama akan berhenti jualan.”

Sheila menunduk sedih, menatap kue bika ambon di atas piringnya. “Padahal, Sheila suka banget sama kue buatan Mama…” ucap Sheila pelan.

“Ah… Kalau soal itu, tenang saja!” balas Mama dengan riang, berusaha menghibur Sheila. “Mama tetap akan bikin kue bika ambon untuk sarapan Sheila. Oke?”

“Oke, Mama…” balas Sheila sambil tersenyum.

Namun, sebenarnya, Sheila masih kepikiran. Sheila tidak rela kalau Mama sampai harus berhenti berjualan karena kondisi yang berubah akibat pandemi. “Aku harus mencari cara untuk membantu Mama,” batin Sheila dalam hati.

Sore hari ketika baru pulang dari sekolah, Sheila langsung mencari-cari Mama. “Mama!!! Mama!!!”

Mama segera berlari ke arah pintu. “Ada apa???” tanya Mama dengan panik.

“Shei punya ide untuk bantu Mama supaya tetap bisa jualan!” sahut Sheila dengan antusias.

Mama menatap Sheila dengan bingung. “Caranya?”

“Bagaimana kalau kita coba jualan secara daring? Waktu di sekolah, Maya sempat cerita kalau ayahnya juga sekarang mencoba untuk jualan secara daring, Ma!”

Mama kelihatan sedih. “Nah… Mama sempat terpikir untuk melakukannya, tapi Mama enggak mengerti caranya, Shei. Terlalu rumit buat Mama.”

“Tenang saja, Ma. Aku akan bantu Mama. Mama tidak sendirian,” balas Sheila dengan riang. “Ayo, kita berusaha, Ma!”

Mama merasa bangga sekaligus terharu melihat keinginan Sheila untuk membantunya.

Setelah satu bulan sejak berjualan secara daring, toko kue Mama semakin dikenal banyak orang.  Pesanan pun mulai banyak berdatangan. Penghasilan Mama dari berjualan kue memang belum pulih sepenuhnya seperti sebelum pandemi, tetapi Mama optimistis dagangannya bisa semakin laris. Asalkan Mama terus berjuang dan tidak putus asa. Semua berkat bantuan Sheila. **

 

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Evelyn Tandias
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita