Minggu siang ini, Kota Padang terasa sangat panas. Sudah empat hari ini, hujan tidak turun di ibu kota Sumatera Barat itu. Sambil menghapus keringatnya, Fadil membawa celengan ayamnya ke ruang tengah yang terdapat kipas angin.

“Fadil, ada apa ini, kok bawa-bawa celengan?” Bunda yang sedang membersihkan meja makan bertanya.

“Celengan ayam ini sebentar lagi akan Fadil pecahkan, Bunda,” jawab Fadil sambil duduk di meja makan.

“Benar, nih? Katanya mau menabung buat jalan-jalan ke Solo, tempatnya Mamak Rizal. Kok, sekarang celengannya sudah mau dipecah?”

“Sekarang… kan lagi musim virus korona, Bunda. Entah kapan berakhirnya. Jadi, Fadil tidak akan bisa liburan juga. Lebih baik uang tabungan di celengan ini Fadil sumbangkan, ” terang Fadil.

Bunda memandang Fadil dalam-dalam. “Siapa yang mengajak Fadil untuk menyumbang, Sayang?”

“Tak ada Bunda. Fadil hanya mendengar berita, banyak orang yang kehilangan pekerjaan karena virus ini. Fadil juga ingat Samsul, teman sebangku Fadil. Pasti keluarganya sekarang sedang kesulitan uang. Ayahnya Samsul buruh angkut barang di Pasar Raya. Sekarang kan Pasar Raya tidak seramai dahulu karena virus korona ini. Sebelum korona ini saja, Samsul harus berhemat. Apalagi sekarang, Bunda,” sambung anak kelas tiga SD itu sambil mengelus celengan ayamnya yang berwarna merah.

Bunda semakin terharu. “Alhamdulillah, Bunda punya anak berhati baik seperti Fadil. Tadi malam Ayah dan Bunda sudah sepakat untuk menyumbangkan makanan kepada keluarga Uda Amran dan keluarga Mamak Thoha. Mereka kan sedang diisolasi di rumah karena ada anggota keluarganya yang terpapar virus. Jadi, selama mereka diisolasi kita akan menyumbangkan makanan,” jelas Bunda.

“Tabungan Fadil dipecahkan dan uangnya digabung dengan uang Ayah dan Bunda. Hasilnya dibelikan makanan buat temanku Samsul, keluarga Uda Amran, dan keluarga Mamak Thoha!” usul Fadil bersemangat.

“Boleh. Untuk keluarga Uda Amran dan Mamak Thoha, Bunda akan melebihkan masakan setiap hari, sampai mereka sembuh dan selesai diisolasi. Untuk temanmu Samsul, juga begitu. Bagaimana?”

“Setuju, Bunda. Sayuran bunda yang ada di pekarangan itu diberikan kepada mereka, bisa juga, ya Bunda?”

Bunda mengangguk sambil tersenyum. “Sekarang, tabungan Fadil tidak usah dipecahkan dulu. Makanan untuk disumbangkan hari ini sudah Ayah dan Bunda siapkan. Besok jika uang Bunda kurang untuk membeli makanan, baru tabungan Fadil dipecahkan.”

“Iya, Bunda.” Fadil memeluk Bunda senang.

“Sekarang, bantu Bunda memasukkan makanan yang akan kita sumbangkan ke dalam plastik. Hari ini, kita akan menyumbang makanan khasnya orang Minang, yakni rendang dan sambal lado hijau. Sayurnya acar timun.”

Fadil membantu bundanya dengan hati senang. Panas Kota Padang tidak ia rasakan lagi. Benar kata Bunda, memberi itu membahagiakan.

*

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Zammimar Lubis
Pendongeng: Paman Gery (IG: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita