“Tidak bisa, Badau. Kemarin, kelompok banteng kita sudah memutuskan bersama, hari ini kita akan bergerak ke arah utara. Di sana, lebih banyak pohon dan dekat dengan sumber air,” sanggah ibunya Badau.
“Kenapa kita harus selalu berjalan bersama-sama dengan kelompok, kita, Bu?” protes Badau.
“Karena kita sebagai bangsa banteng memang selalu hidup berkelompok, Badau. Itu sudah kodrat kita. Dengan bersama-sama, kita akan saling menjaga dan membantu.”
Badau melenguh. Semua banteng dalam kelompok mereka selalu memutuskan sesuatu dengan cara bersama-sama. Padahal, Badau ingin sesekali mengikuti keputusannya sendiri.
Kelompok banteng siap berangkat. Banteng memang suka mencari makan sambil melakukan perjalanan. Sebentar mereka berhenti untuk makan, lalu kembali berjalan.
Tiba-tiba Badau mendapat ide. “Apa sekarang aku pergi saja diam-diam? Ibu juga asyik mengobrol bersama teman-teman.”
Perlahan-lahan Badau meninggalkan kelompoknya. Ia berjalan berlawanan arah menuju selatan. Lalu sampailah Badau di padang rumput yang sangat luas.
“Wah, indah sekali! Aku bisa makan sampai kenyang di sini!” seru Badau senang.
Anak banteng itu memakan rerumputan lahap. Sampai akhirnya hari mulai siang. Badau mulai kepanasan. Ia menengok ke sekelilingnya, tidak ada pohon. Biasanya saat hari mulai terik, ia dan Ibu akan duduk di bawah pohon rindang. Tenggorokan Badau juga terasa kering.
Seharusnya aku mengikuti keputusan kelompokku. Mereka pasti sudah memikirkan baik-baik sebelum mengambil keputusan, gumam Badau dalam hati.
Lebih baik sekarang aku kembali ke kelompokku! Mudah-mudahan mereka belum terlalu jauh, gumam Badau lagi.
Badau mencoba mencari kelompok bantengnya. Tubuh Badau sebenarnya terasa lemas. Namun, ia tak mau berhenti, takut tertinggal semakin jauh dari kelompoknya.
Sayup-sayup terdengar suara-suara memanggil namanya. “Badau… Badau…”
Badau mengenali suara itu. Salah satunya suara ibunya. “Ibu! Aku di sini!” teriak Badau.
Tak lama Ibu dan banteng-banteng lain menemukan Badau. Rupanya barusan mereka mencari Badau.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Ibu sambil memeluk Badau. Badau mengangguk.
“Aku kira Ibu dan semuanya sudah melanjutkan perjalanan?” kata Badau.
“Tentu saja tidak! Kita bangsa banteng selalu bersama-sama. Bila ada yang terkena masalah, kita saling menolong,” ujar Ibu.
Badau mengangguk. Kini, ia merasa bangga dengan kelompoknya. Ia tak pernah lagi ingin memisahkan diri dari mereka.*
Penulis: Vina Anne
Pendongeng: Kang Acep (Youtube : Acep Yonny)
Ilustrasi: Regina Primalita