Hingga suatu hari lamun di tempat ia tinggal mulai habis. Awlas mulai gelisah. Teman-temannya pun memberi nasihat. “Las, jika kamu masih rakus seperti ini, besok tidak akan ada lagi lamun yang tersisa di sini,” jelas Rancak Si Bulu Babi. Namun, Awlas tidak peduli.
Benar saja. Keesokan malamnya, tak ada lagi lamun yang tumbuh. Awlas mulai memakan apa pun. Rumput laut, pasir laut, bahkan sampah-sampah yang dibuang manusia. Hal itu membuat perutnya sakit. Karena perutnya sakit, ia lalu terpaksa berpuasa semalaman.
Keesokan harinya, Awlas yang perutnya kosong, pada siang bolong ia melihat Rancak Si Bulu Babi membawa banyak lamun ke sarangnya. Tanpa pikir panjang, setelah Rancak meninggalkan rumah, Awlas pun mencuri lamun-lamun itu lalu memakannya.
Setiap kali Awlas lapar, ia mulai mengendap-endap untuk mencuri satu atau dua lamun dari sarang Rancak. Begitu setiap harinya.
Suatu hari, Rancak akhirnya mengetahui, Awlaslah yang telah mencuri lamun-lamunnya. Rancak pun berinisiatif memindahkan tempat penyimpanan lamun-lamunnya.
Hal itu berhasil mengelabuhi Awlas. Awlas pun kebingungan. Akhirnya, ia lebih memilih berbuat nekat. Ia secara terang-terangan merampas lamun itu sebelum Rancak memasuki sarangnya.
Malangnya, perbuatan Awlas disaksikan para penduduk laut. Penduduk laut yang geram pun menangkap Awlas. “Braaaak!” Awlas diikat ke dalam terumbu karang.
“Semoga kau jera, Awlas! Kami harap suatu saat kau akan jadi Dugong yang baik!” bentak hewan-hewan laut kepada Awlas.
“Tolooong…tolong aku! Aku berjanji tidak akan jadi Dugong yang jahat lagi. Maafkan aku kawan-kawan!” ungkap Awlas kepada Rancak dan hewan-hewan laut. Tapi Rancak dan hewan-hewan laut lalu meninggalkannya.
Beberapa jam kemudian, Awlas yang pingsan karena kelaparan tertangkap jaring manusia. Awlas pun menangis ketakutan. Rancak dan hewan-hewan laut yang mengetahui hal itu, lalu lekas menyelamatkan Awlas.
Mereka pun bekerja sama agar Awlas bisa keluar dari jaring tersebut. Beberapa saat kemudian. Awlas pun berhasil keluar jaring! Air mata Awlas mengalir. Ia merasa malu. Padahal, ia sudah berbuat jahat, tapi teman-temannya tetap membantunya.
Sejak saat itu, ia mulai mengumpulkan lamun-lamun kesukaannya untuk dibagi-bagikan. Bukan untuk dihabiskan sendiri. Awlas pun kini dikenal sebagai dugong yang dermawan.*
Penulis: Vendo Olvalanda
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita