Bima, Rafif, dan Arya memanfaatkan suasana yang cukup cerah sore itu untuk bermain sepeda. Mereka satu kelas di sebuah SD di Salatiga. Sepeda mereka meluncur mengitari jalanan di sekitar rumah.
“Ayo, Bima, Arya, kejar aku,” kata Rafif bersemangat mengayuh sepedanya.
“Aduh!” teriak Bima.
Arya dan Rafif mendadak berhenti mengayuh dan menoleh ketika mendengar teriakan Bima. Mereka segera menghampiri Bima, yang rupanya terjatuh dari sepeda! Lututnya lecet karena bergesekan dengan permukaan jalan. Arya menepikan sepeda Bima, sedang Rafif memapah Bima untuk kemudian duduk di pinggir jalan.
“Lihatlah! Ternyata ada lubang di tempat Bima jatuh,” kata Arya sambil menunjuk sebuah cekungan di jalan bagian pinggir.
“Wah, iya, lumayan besar juga. Pantas Bima bisa jatuh, karena lubang tertutup air,” timpal Rafif.
“Bima, kamu ke rumahku saja ya. Luka kamu harus segera diobati. Di rumah ada obat untuk mengobati luka kamu,” kata Rafif.
“Oke, Rafif, terima kasih,” kata Bima.
“Bagaimana ya caranya agar lubang ini tidak membuat orang yang lewat jatuh seperti Bima?” ujar Arya kemudian.
“Iya ya, Arya, Kalau lubang ini tidak segera ditutup, pasti nanti orang yang lewat bisa jatuh lagi, karena lubang ini tertutup air,“ timpal Rafif.
Arya, Rafif, dan Bima lalu berpikir mencari cara.
“Aha! Bagaimana kalau kita menutup lubang ini dengan pecahan bata dan batu-batu kecil itu!” kata Bima. Ia menunjuk setumpukan batu bata dan batu-batu koral kecil di bawah pohon.
“Bagus juga ide kamu, Bima. Paling tidak lubang ini bisa tertutup sementara, agar tidak mencelakakan orang yang lewat,” kata Rafif.
“Betul, Bima. Nanti kita bisa lapor ke Pak RT agar ketika kerja bakti warga, lubang ini bisa ditutup dengan benar,” kata Arya.
“Bagus, kalau begitu, mari kita tutup dengan pecahan batu bata dan batu kecil-kecil itu. Bima, kamu duduk saja. Biar kami berdua yang mengangkat bata dan batu itu,” kata Rafif.
Bima mengangguk. Untung jalanan sedang agak sepi, sehingga Arya dan Rafif bisa segera menutup lubang.
“Akhirnya selesai juga! Walau tidak sempurna, namun bisa membuat orang yang lewat tidak akan jatuh,” kata Arya.
“Betul, Arya. Oh iya, mari segera ke rumahku. Kita berjalan sambil menuntun sepeda saja, karena kaki Bima masih sakit,” kata Rafif.
Mereka bertiga berjalan bersama. Tiba-tiba ada sepeda motor melintas.
“Awas, Pak, ada Lubang!” teriak mereka bertiga spontan dan bersamaan.
Untunglah lubang tadi sudah tertutup pecahan batu bata dan batu kecil. Ketika motor itu tepat melewati lubang, bapak pesepeda motor itu tidak terjatuh. *
Penulis: Fitri Kurnia Sari
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita