“Ini apa, ya?” Momo Monyet yang tinggal di hutan Pulau Sumatera, menatap sesuatu yang tergeletak di tanah.
Benda itu kecil dan berbentuk lonjong. Ada penutup di bagian atasnya. Momo jadi penasaran. Diambilnya benda tersebut.
“Hati-hati!” seru Nubee Lebah yang kebetulan lewat dan memperhatikan Momo. “Itu namanya korek api gas. Kamu harus berhati-hati menggunakannya, Momo.”
Namun, Momo tak peduli. Dibukanya penutup benda tersebut.
Klik! Ceesss!
“Wuaaah…!” teriak Momo.
Ternyata, benda itu bisa mengeluarkan api!
Momo segera melepaskan korek api gas itu dari tangannya ke tanah. Ternyata korek api itu masih menyala serta membakar rerumputan dan daun kering di tanah.
“Waah, kebakaran!!”
Momo terkejut. Nubee terbang berputar-putar karena panik.
Nubee lalu ingat sesuatu. Dengan sigap, ia lalu terbang menuju danau. Tadi Nubee melihat Egi Gajah sedang minum di danau.
“Egiiii!” panggil Nubee.
Nubee lalu menceritakan yang terjadi pada Egi. Egi segera menyedot air dari danau, lalu bergegas menuju tempat Momo menimbulkan api.
Momo masih di sana. Ia berdiri agak jauh dari api sambil memandangi rumput yang terbakar dengan takut.
Egi mendekati rumput-rumput terbakar itu lalu mengarahkan belalainya. Air yang tadi ia sedot dari danau dan tersimpan dalam belalainya langsung disiramkan ke arah api. Untung saja, api belum menyebar terlalu banyak. Egi berhasil memadamkannya tepat waktu.
“Terima kasih, Egi,” Nubee lega.
“Syukurlah,” kata Momo sambil terduduk lemas.
“Asap!!” sebuah suara tiba-tiba mengejutkan ketiga binatang itu. “Awas, ada asap!”
Ternyata itu suara Tutu Tupai. Tutu turun dari pohon mendekati Nubee, Momo, dan Egi.
“Tadi aku melihat ada asap dari sini,” ujar Tutu. “Sebaiknya kita pergi. Asap tidak baik bagi kita. Nanti kita bisa sesak napas!”
“Tidak apa-apa, Tutu,” Nubee menenangkan. “Apinya sudah padam kok.”
“Benarkah? Syukurlah kalau begitu,” Tutu lega.
“Kenapa kamu takut sekali pada asap, Tutu?” tanya Egi penasaran.
“Di tempat tinggalku sebelumnya pernah ada kebakaran. Asap dari kebakaran itu sangat banyak. Aku sampai kesulitan bernapas. Makanya aku pindah ke hutan sini,” cerita Tutu.
Nubee mengangguk.
“Saat kebakaran itu, aku terus sembunyi dalam rumahku di atas pohon,” lanjut Tutu. “Aku juga terus menutupi hidungku dengan sesuatu. Dengan daun atau potongan kain yang ditinggalkan manusia yang sudah kubasahi. Tapi, karena tidak tahan asap lama-lama, akhirnya aku pindah kemari.”
“Ternyata akibat dari kebakaran itu menakutkan juga ya,” ujar Momo. “Aku tidak akan bermain-main lagi dengan api. Maafkan aku, teman-teman.”
Nubee dan yang lain mengangguk lalu tersenyum.*
Penulis: Hamidah Jauhary
Pendongeng: Kang Acep (youtube: acepyonny)
Ilustrasi: Regina Primalita