Camilan apa yang akan mengisi hari-hari kamu selama di rumah saat Natal atau tahun baru nanti? Mungkin kamu bisa mencoba membuat waffle yang gurih biar agendamu selama di rumah saja tetap terasa menyenangkan.

Waffle dikenal karena rupanya yang khas. Kue ini biasanya dicetak bundar atau kotak dan mempunyai motif kotak-kotak di permukaannya. Waffle paling enak dinikmati selagi hangat. Tekstur luarnya kering, renyah, dan gurih. Bagian dalamnya lembut dan sedikit manis.

Wafflebiasa disajikan dengan lumuran sirup dan madu. Banyak juga yang menambahkan beberapa sendok es krim. Namun, tahukah kamu, makanan ini sebenarnya cikal bakalnya telah ditemukan sejak zaman Neolitikum?

Menurut informasi yang disarikan Thenibble.com, cikal bakal waffle diperkirakan dari era Mediterania kuno sebagai makanan berupa kue pipih yang dimasak di atas batu panas. Sekitar 6000–2000 SM, orang-orang pada zaman Neolitikum memasak roti panas yang terbuat dari sereal di atas batu yang dipanaskan.

Makanan itu bisa dilipat sehingga kedua sisi bisa dipanaskan. Kue ini sangat sederhana tanpa tambahan bahan lainnya.

Ide sarang lebah

Pada masa 1200–550 SM, barang-barang dari logam mulai diciptakan. Salah satunya, piring besi dan tempat pemanggangan atau loyang.

Masyarakat pada masa ini pun mulai mengenal makanan yang dipanggang di atas loyang. Alat pemanggang yang memiliki dua sisi juga mulai dibuat untuk mempercepat proses memasak.

Pada masa Yunani Kuno atau sekitar 1100–146 SM, masyarakat mulai membuat kue pipih yang dimasak dengan dua lempengan logam. Mereka juga mulai menambahkan bahan lain, seperti keju dan sayuran pada kue pipih ini.

Dari Yunani, makanan ini mulai mengalami perkembangan. Alat pemanggang dari besi yang biasanya digunakan untuk membuat roti pipih mulai digunakan juga untuk membuat makanan lainnya. Misalnya, memasak makanan campuran barley dan oat.

Lalu, dari mana motif kotak-kotak bisa menjadi kekhasan waffle? Ternyata ide ini berasal dari seorang pengrajin yang ingin membuat motif seperti sarang lebah. Sementara itu, sebutan waffle (wafel) berasal dari kata Perancis kuno, wafla, yang artinya potongan sarang lebah. Semenjak itu, cetakan dari besi bermotif kotak-kota pun kian marak diperjualbelikan.

Dalam perkembangannya, sejumlah juru masak mulai berkreasi membuat makanan menggunakan campuran tepung dan air yang dipanggang dengan cetakan waffle. Namun, makanan ini malah diidentikkan dengan masyarakat kelas bawah.

Warga yang lebih mampu kemudian menambahkan bahan telur dan susu dalam adonan kue ini. Setelah matang, mereka menyantapnya dengan olesan mentega dan madu.

Dari daratan Eropa, makanan ini pun mulai sampai di Amerika. Sekitar abad ke-18, waffle diperkenalkan dengan lumuran sirup maple saat disajikan. Pada beberapa daerah Amerika bagian selatan, waffle juga dikreasikan lagi dengan menambahkan daging ayam.

Perkembangan waffle di Eropa dan Amerika menghadirkan berbagai variasi. Sebagai contoh, waffle khas Belgia biasanya berbentuk persegi yang berukuran besar. Sementara itu, orang Amerika menyukai waffle yang berbentuk bundar dan lebih tipis. Lain lagi warga Norwegia dan Swedia yang mencetak waffle berbentuk hati.

Cita rasa Belgia

Namun, Belgia dianggap menjadi pembuat waffle yang cita rasanya berbeda dibandingkan negara Eropa lainnya. Setiap daerah di Belgia memiliki resep waffle masing-masing meski bahan adonannya sebenarnya sama saja, yakni tepung terigu, susu, telur, dan sedikit garam. Yang membedakan adalah bahan tambahan seperti ragi, karamel, atau topping saat penyajian.

Di Indonesia juga tersedia beragam jenis waffle. Salah satunya bergaya ala Belanda—kue waffle dibelah kemudian diisi dengan karamel. Jenis topping-nya pun beragam, mulai dari yang manis seperti es krim dan selai hingga yang gurih semisal sosis, daging cincang, dan keju.

Nah, kamu bisa mencoba membuat berbagai resep waffle yang bahan dan cara pembuatannya banyak tersedia di internet. Nggak sulit, kok.