Pengertian jejak karbon
Pengertian mudahnya, jejak karbon adalah jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan (aktivitas) manusia pada kurun waktu tertentu, baik secara langsung maupun tidak.
Nah, sekarang tahukah kamu kalau setiap aktivitas manusia meninggalkan jejak karbon pada lingkungan. Bayangkan kegiatan sesederhana makan telur. Kegiatan ini melepaskan sekitar 260–330 gram karbon dioksida ke atmosfer.
Kok bisa? Karena telur tidak bisa dengan sendirinya sampai di piring Anda.
Sebelum menjadi hidangan untuk kamu santap, telur telah mengalami perjalanan yang panjang. Ia dihasilkan ayam, yang membutuhkan pakan ternak untuk hidup. Untuk sampai pada ayam, pakan ini harus diantar dengan wahana transportasi. Sebelumnya, pakan diproduksi di pabrik atau ditumbuhkan di pertanian; yang membutuhkan air, pupuk, dan lain-lain yang juga diproduksi di tempat lain. Ini baru soal ayam dan pakannya.
Setelah ayam bertelur, telur-telur ini harus diangkut dari peternakan ke toko. Ada pula proses pengemasan untuk kembali dijual. Anda membelinya langsung di toko atau dengan layanan pesan antar, yang keduanya membutuhkan transportasi. Setelah itu, sebelum dimakan Anda butuh memanaskannya.
Bayangkan proses yang panjang ini. Andai kegiatan konsumsi kita adalah ujungnya, kita sedang menelusuri rantainya sampai ke pangkal. Semua kegiatan ini membutuhkan energi, yang kebanyakan berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Inilah mula timbulnya emisi gas rumah kaca (GRK) yang sekarang sedang ramai dibincangkan dunia.
Gas rumah kaca
Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer, yang menyebabkan efek rumah kaca, yaitu memerangkap panas di Bumi sehingga suhu naik. Kita lantas mengenal pemanasan global. Inilah yang mempercepat perubahan iklim dan memicu kerusakan lingkungan.
Ada beberapa jenis gas rumah kaca. Yang paling dikenal, karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Ada pula gas metana (CH4) dan nitrogen oksida (N2O) yang dihasilkan proses perkebunan dan peternakan. Selain itu, ada uap air (H2O) dan ozon (O3).
Gas rumah kaca sebenarnya terbentuk secara alami di Bumi. Namun, sejak revolusi industri, jumlahnya meningkat dalam kecepatan yang tak terbayangkan sebelumnya. Ini menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan di Bumi.
Urgensi mengurangi jejak karbon
Dari beberapa jenis emisi gas rumah kaca tersebut, karbonlah yang paling banyak dihasilkan manusia. Oleh karena itu, besaran emisi gas rumah kaca yang diproduksi dalam setiap aktivitas kita disebut jejak karbon.
Besaran jejak karbon ini bisa kita analisis. Untuk sebuah produk makanan misalnya, kita bisa menghitung jejak karbon dengan mengestimasi nilai gas rumah kaca dari proses berikut: produksi bahan mentah, proses industri, transportasi, penyimpanan, memasak, konsumsi, dan sampah yang dihasilkan. Intinya, siklus produk dari hulu ke hilir. Bagaimana ia bermula dan bagaimana berakhir.
Baca juga :Â
- Yuk, Kurangi Jejak Karbon Mulai dari Piring Makan Kita!
- Pengaruh Kualitas Udara terhadap Performa Kendaraan
Dari proses itu, jelaslah bahwa masing-masing kita setiap saat meninggalkan jejak karbon. Semakin tinggi jejak karbon yang kita hasilkan, semakin tinggi pula konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer kita. Artinya, kian besar juga pengaruh kita terhadap peningkatan suhu Bumi dan perubahan iklim.
Oleh karena itu, sangat penting mempertimbangkan setiap aktivitas konsumsi kita. Jika kita bisa mengurangi jejak karbon sedikit saja, itu akan berguna. Misalnya, membeli pangan dari yang lebih dekat, atau kalau bisa menanam di pot sendiri. Ini akan mengurangi banyak energi pada rantai transportasi, pemrosesan, dan pengemasan makanan. Kalau bisa makan di tempat/kedai penjual makanan, ini lebih baik ketimbang dibungkus, yang lantas menghasilkan sampah.
Jika tidak perlu menggunakan air hangat, mandi saja dengan air dingin. Apabila ada alternatif pakai transportasi umum, pilih yang ini. Karena dampak yang besar bermula dari keputusan-keputusan kecil.