Hari ini diadakan lomba lari di lapangan. Rumah Meri terletak dekat lapangan. Semua binatang yang ikut atau menonton lomba akan melewati rumah Meri.
Kija kijang yang lewat di depan rumah Meri memanggil Meri dengan suara keras.
“Meri, ayo, ke lapangan. Lomba lari akan dimulai.”
Meri tak langsung menjawab. Ia justru membentangkan bulunya seperti sedang pamer keindahan.
“Aku…” Meri kemudian menjawab, tetapi Kija sudah pergi.,
“Huh, selalu seperti ini,” keluh Meri.
Kemudian lewat Luti lutung dan Luna, anaknya. Luti memanggil Meri dengan keras. Meri kaget dan seketika membentangkan bulunya.
“Meri, kau tak perlu membentangkan bulumu. Aku tahu bulumu indah,” kata Luti salah paham.
“Aku tidak bermaksud begitu, Luti. Aku hanya…”
Belum selesai Meri bicara, Luna menangis. “Aku takut, Bu, matanya banyak sekali,” kata Luna sambil menunjuk bulu Meri. Luti dan Luna pun segera pergi.
Meri sebenarnya ingin menonton lomba lari. Bahkan ia sudah membuat kue-kue untuk teman-temannya.
Saat Meri termenung, Biak biawak datang. “Ayo, pergi ke lapangan!”
Meri menggeleng. “Teman-teman tidak suka padaku. Aku dianggap sombong.”
“Benarkah mereka mengatakan itu?”
“Ya, karena setiap kali mereka memanggilku, aku membentangkan bulu. Kata mereka, aku pamer bulu indahku.”
“Apa kamu benar-benar ingin memamerkan bulu indahmu?” selidik Biak.
Meri menggeleng. Ia lalu menceritakan, jika ada suara keras yang membuatnya kaget, ia secara tiba-tiba akan membentangkan bulunya.
“Aku sudah berusaha menahan membentangkan bulu, tapi sudah menjadi naluri merak, kalau ada suara keras, seakan ada bahaya datang.”
Biak biawak kini paham. Biak lalu memberi ide sehingga Meri mau datang ke lapangan.
“Hai teman-teman, Meri membawakan kue-kue buat kita,” ujar Biak saat sampai di lapangan.
Saat menerima kue dari Meri, teman-temannya tampak heran karena melihat Meri memakai penutup telinga. Mereka juga heran karena Meri tidak membentangkan bulu indahnya.
“Teman-teman, suara keraslah yang menyebabkan aku kaget dan secara refleks membuat buluku membentang. Aku tidak bermaksud memamerkan buluku,” aku Meri.
Salah paham teman-teman kepada Meri kini telah usai. Meri kemudian membuka penutup telinganya. Lomba lari pun dimulai. Sorak-sorai teman-temannya saat menonton lomba membuat Meri kadang membentangkan bulunya. Namun, kini, teman-teman tahu, kenapa bulu indahnya membentang. Meri tidaklah sombong, justru ia seorang teman yang baik hati. *
Penulis: Paskalina Askalin
Pendongeng: Kang Acep (Youtube : Acep Yonny)
Ilustrasi: Regina Primalita