Dunia tak pernah berhenti menyerukan pentingnya menjaga lingkungan tetap bersih dan hijau. Dengan lingkungan sehat dan terbebas dari polusi, kehidupan umat manusia di muka bumi akan semakin panjang. Seperti diketahui, tanaman hijau yang memiliki proses fotosintesis bermanfaat menghadirkan oksigen yang dibutuhkan makhluk hidup.

Pohon yang tertanam dan tersebar di berbagai tempat, selain dapat mengurangi kadar karbon dioksida dan menghasilkan oksigen, memiliki andil terhadap ketersediaan air bersih. Pasalnya, pohon mampu menahan laju air sehingga jika turun hujan, air akan terserap ke dalam tanah. Pohon-pohon jenis tertentu juga mampu membantu mengurangi terkikisnya tanah yang berujung pada bencana longsor.

Melihat banyaknya manfaat pohon bagi manusia, tak perlu heran jika masyarakat dunia, termasuk Indonesia, merayakan Hari Sejuta Pohon, yang jatuh setiap 10 Januari. Dengan memperingati hari tersebut, masyarakat dan pemerintah diharapkan dapat bahu-membahu mewujudkan lingkungan hijau dan terbebas dari polusi.

Kegiatan corporate social responsibility (CSR) berupa penanaman pohon di sejumlah kawasan, serta perluasan kawasan hijau yang dilakukan pemerintah kota dan daerah merupakan langkah konkret untuk menjaga lingkungan tetap lestari.

Teknologi otomotif

Hari Sejuta Pohon yang diperingati hari ini jangan sampai menjadi seremoni tanpa makna. Menanam serta menjaga hayati harus terus dibudayakan dan diiringi dengan pola hidup yang “hijau” pula. Gaya berkendara, misalnya. Sudah sepatutnya, para pengendara kendaraan bermotor, turut ambil bagian menciptakan lingkungan bersih dan sehat. Apalagi, dunia otomotif disebut-sebut menjadi salah satu penyumbang terbesar pencemaran udara.

Selain memanfaatkan fitur canggih yang tersemat pada kendaraan, sebelum tancap gas, pengemudi dapat merencanakan terlebih dahulu alamat yang hendak dituju. Dengan alamat lengkap, kemungkinan salah jalan atau tersasar dapat diminimalkan. Jarak tempuh yang semakin tinggi, selain boros bahan bakar, meningkatkan emisi yang dapat mengurangi kebersihan udara.

Mengurangi kebiasaan ”stop and go” juga dapat membantu menjaga lingkungan agar tidak semakin tercemar. Yang tak kalah penting, memilih jenis bahan bakar yang tepat juga memberi andil, tidak hanya bagi performa kendaraan, tetapi usia komponen dan lingkungan.

Teknologi kendaraan ramah lingkungan, yakni dengan bahan bakar hidrogen, dewasa ini semakin marak. Pada IIMS 2014 yang digelar di Jakarta beberapa waktu silam, beragam mobil konsep berbahan bakar hidrogen turut dipamerkan, di antaranya Toyota FCV (fuel cell vehicle).

Mobil yang juga dikenal sebagai Toyota Mirai tersebut menjadi perbincangan hangat di tengah para pemerhati otomotif. Pasalnya, selain disebut-sebut sebagai mobil masa depan, mobil yang diklaim mampu melahap jarak 482 kilometer tiap tangkinya tersebut butuh waktu lama agar diterima masyarakat lantaran harga yang sangat tinggi.

Meski demikian, mobil dengan teknologi fuel cell ini bakal memiliki harga lebih terjangkau pada 2025.

Selain Toyota, merek otomotif lainnya seperti Honda, Ford, dan Nissan juga tengah mengembangkan teknologi serupa. Bahkan, pabrikan asal Korea Selatan, Hyundai, disebut-sebut telah menggunakan teknologi fuel cell sebelum merek-merek asal Jepang melansir mobil sejenis. Lalu, kapan konsumen Indonesia dapat menikmati mobil dengan teknologi ramah lingkungan tersebut? [BYU]

noted: antara lingkungan dan dunia otomotif