Buku elektronik atau electronic book (e-book) menjadi jawaban tepat untuk kepraktisan dalam mengakses bacaan. Hanya berbekal ponsel pintar atau komputer tablet, Anda bisa membaca buku di berbagai lokasi. Misalnya, Rika (28). Karyawan sebuah NGO di Jakarta ini menyukai aktivitas membaca e-book karena praktis. Hampir di setiap waktu senggang dan di berbagai lokasi, Rika menyempatkan diri membaca e-book dari gawainya. Meskipun demikian, membaca e-book sebaiknya tidak berlebihan. Apa alasannya?
Informasi dari BBC.com menyebutkan, membaca e-book sebelum tidur dapat mengganggu kenyamanan tidur dan kesehatan. Tubuh secara alami mempunyai ritme untuk mengenali suasana siang dan lama hari dengan jam tubuh internal (internal body clock).
Namun, sinar biru (blue light) atau panjang sinar umum pada ponsel pintar, komputer tablet, dan sinar LED dapat mengganggu keseimbangan jam tubuh. Sinar biru pada malam hari dapat memperlambat atau justru menghambat produksi hormon tidur melatonin (sleep hormone melatonin).
Suatu riset yang dipublikasikan pada Journal Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan, membaca e-book sebelum tidur dapat membuat seseorang lebih sulit tidur, sukar tidur nyenyak, dan merasa lelah ketika bangun pada pagi hari. Gangguan tidur ini dalam jangka waktu lama bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan metabolisme.
Ade Irma (33), pegawai negeri di Jakarta, mengaku matanya sering lelah jika membaca e-book selama berjam-jam. Matanya juga terkadang berair jika membaca e-book tanpa kacamata. Bahkan, silinder pada penglihatannya bertambah dari 1,5 menjadi 2.
Dipa Raditya (25), pekerja di startup periklanan, mengaku sering membaca e-book hingga sekitar 4 jam hampir setiap hari sejak 2010. Dipa mengaku sebelumnya matanya normal tanpa mengalami gangguan. Namun, setelah ia sering berlebihan membaca e-book, matanya menjadi minus 0,5.
Sementara itu, Medicaldaily.com menyebutkan, membaca dengan peranti khusus seperti gawai dapat meningkatkan level stres. Bahkan, dalam intensitas tinggi, membaca melalui gadget dapat memicu rasa pusing. Hal ini dialami oleh Ruby (35) dan Angelica (25), karyawan swasta asal Jakarta yang mengaku sering merasa pusing jika membaca e-book terlalu lama.
Sebenarnya tidak hanya ketika membaca e-book, mengakses media sosial atau mencari informasi berjam-jam juga dapat membuat kepala terasa penuh. Selain itu, jika informasi yang diakses melalui gawai berlebihan, mata manusia justru bisa melewatkan informasi yang detail.
Batasi dan selingi
Adanya ancaman di balik membaca e-book bukan berarti kita lantas menghentikan akses terhadap buku elektronik ini. Untuk mengantisipasi efek buruk membaca e-book, ada hal-hal sederhana yang bisa dilakukan.
Misalnya dengan cara membatasi waktu membaca e-book dari 5 jam per hari menjadi 2 jam per hari. Alihkan pandangan ke fokus yang berbeda atau lakukan aktivitas lainnya di sela-sela membaca e-book agar mata tidak terpapar layar gawai berlebihan.
“Biasanya saya baca e-book 3 jam sekali. Istirahat 1 jam. Selain itu, diselingi menonton film atau istirahat kalau sudah lelah dan mengantuk. Membaca e-book sebaiknya jangan di tempat yang gelap,” kata Ade.
Ade menuturkan, ia juga sering menggunakan tetes mata jika berlebihan mengakses e-book. Lain halnya dengan Dipa. Agar hobi membaca e-book tetap nyaman, ia lebih memilih menggunakan gawai yang canggih dan lebih aman untuk membaca e-book. Sebisa mungkin, Dipa menghindari membaca e-book melalui ponsel pintar. Ia lebih memilih membaca e-book melalui komputer PC agar paparan negatif e-book lebih berkurang.
Meskipun mempunyai sisi negatif, membaca e-book memang lebih menyenangkan. Sifatnya yang praktis, ringkas, dan mudah disimpan menjadi keunggulannya. Hal yang perlu diperhatikan adalah hindari berlebihan mengakses e-book dan selingi membaca e-book dengan aktivitas lainnya di luar pemakaian gawai. [MIL]