“Kakak, Arnes ingin bermain dengan teman-teman dekat pantai,” Arnes berpamitan pada Mores.
“Baiklah, tetapi jangan terlalu lama. Bantu Mamak dan Bapak,” kata kakaknya,
Arnes bergegas menuju pesisir pantai mencari teman-temannya.
“Hei Arnes, kemari,” salah satu teman melambaikan tangan. Arnes mendekat.
Bermainlah mereka, berlarian di sepanjang pesisir pantai sambil tertawa. Namun menjelang sore, langit tampak mendung, air laut mulai pasang. Teman-teman Arnes berlarian ke tepi sebelum hujan turun. Namun, Arnes justru mendekat ke bibir pantai.
Hujan lalu turun deras. Namun, Arnes tetap berjalan, melepaskan tambatan perahu dan segera menaikinya.
“Aku harus menyelamatkan Bapak itu,” gumam Arnes sambil mendayung perahu.
Rupanya Arnes melihat seorang bapak dan anak kecil terjebak di tengah lautan. Perahu mereka bocor dan hampir tenggelam.
Di tengah hujan deras, Arnes si pemberani perlahan menggerakkan perahu yang dinaikinya. “Bertahanlah Bapak!” seru Arnes, gadis mungil berusia genap sepuluh tahun.
Arnes segera mendayung perahu lebih kencang. Air hujan menerpanya dengan kencang, ombak terasa mendorong perahunya. Arnes segera mencengkeram lengan si bapak dan seorang anak kecil bersamanya. Dengan segera, si Bapak langsung mengendalikan perahu untuk kembali ke tepian.
“Terima kasih gadis pemberani,” puji si Bapak
Arnes lalu berlari ke rumah karena hari sudah hampir petang. Mamak dan Bapak menyambutnya.
“Katakan Arnes, kenapa bajumu basah?” tanya Mamak lembut
“Arnes bermain hujan-hujanan Mak, bersama Ello dan Tedo, juga teman-teman lain.”
“Apakah kamu berkata jujur?” tanya Mamak.
Arnes akhirnya menangis dan memeluk Mamaknya, “Mamak, maafkan Arnes sudah berbohong. Arnes pergi ke tengah laut untuk membantu seorang bapak dan anaknya yang terjebak di tengah laut. Perahu mereka bocor saat kembali ke tepian.”
Mamak tersenyum, “Mamak bangga bila Arnes jujur. Kejujuran adalah sebuah harga yang tak akan tertandingi dengan hal apa pun. Jika kau jujur, hidupmu akan mudah. Mamak tahu, Arnes pergi menyelamatkan orang lain. Kakak kau melihatmu dan setelah ia mengetahui bahwa kau baik-baik saja, kakakmu memberi tahu Mamak dan Bapak.”
Bapak menepuk pundak Arnes karena bangga, “Darah pelaut ada bersamamu anakku, biarlah alam yang memanggilmu suatu saat nanti.” Arnes pun lega. *
Penulis: Pamella Anastasia
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita