Pada 2016, e-commerce (e-dagang) menyumbang 8,7 persen terhadap penjualan ritel global. Pada 2020 mendatang, persentase perdagangan e-dagang terhadap penjualan ritel global diprediksi akan mencapai 15,5 persen. Bagaimana dengan perkembangan e-dagang di Indonesia?

Berdasarkan data penelitian bertajuk “The Opportunity of Indonesia” yang digagas Temasek dan Google, pertumbuhan e-dagang Indonesia meningkat seiring dengan tumbuhnya penggunaan internet di Indonesia. Pada 2015, terdapat 92 juta pengguna internet di Indonesia. Pada 2020 mendatang, pengguna internet Indonesia diprediksi akan meningkat menjadi 215 juta pengguna.

Dari angka total pengguna internet tersebut, pada 2015 terdapat 18 juta orang pembeli daring (online) di Indonesia. Pada 2025 mendatang, 119 juta orang diprediksi menjadi pembeli daring di Indonesia. Temasek dan Google memprediksi bahwa nilai pasar e-dagang Indonesia akan mencapai angka 81 miliar dollar AS pada tahun 2025.

Selain itu, penelitian tersebut juga memprediksi bahwa Indonesia akan berubah menjadi pemain dominan dalam percaturan e-dagang terutama di kawasan Asia Tenggara. Pada 2015 lalu, Indonesia hanya menyumbang porsi 31 persen pada dunia e-dagang kawasan Asia Tenggara. Namun, pada 2025 mendatang, Indonesia akan mengambil porsi hingga 52 persen pada dunia e-dagang di kawasan Asia Tenggara.

Spesifik

Potensi tersebut sudah dimanfaatkan oleh beberapa pelaku startup e-dagang. Beberapa di antaranya seperti yang dilakukan Tokopedia, Bukalapak, Lazada, hingga Shopee. Menariknya, ada satu lagi startup e-dagang yang coba membuat platform serupa. Bedanya, mereka mengambil pasar yang spesifik yaitu di industri agrobisnis atau usaha yang berhubungan dengan pertanian.

Menurut CEO Agromaret Setia Darmawan Afandi (Fandi), agrobisnis merupakan sektor bisnis yang sangat prospektif. Apalagi di Indonesia yang memiliki sumber daya alam sangat melimpah. Namun, Fandy melihat ada beberapa hal yang perlu dibenahi di industri ini.

Salah satunya, keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang menyebabkan banyak petani belum bisa mengolah hasil panen mereka untuk meningkatkan daya jual. Selain itu, banyak petani yang belum memiliki jaringan pasar sehingga mereka harus menjual hasil pertanian mereka ke tengkulak.

Hal lainnya yakni keterbatasan infrastruktur menyebabkan biaya pertanian kita cenderung berbiaya tinggi. Kadang petani Indonesia juga harus bersaing dengan produk-produk impor yang jauh lebih murah karena manajemen dan infrastruktur yang rapi.

“Melihat hal tersebut, kami yang merupakan lulusan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan startup Agromaret.com. Kami ingin menjadi bagian untuk menyelesaikan beberapa permasalahan di bidang pertanian terutama memberikan kesempatan kepada petani dan masyarakat luas untuk memasarkan hasil pertanian mereka langsung ke tangan konsumen tanpa ada batas wilayah,” ungkap Fandi.

Nama Agromaret dipilih karena merupakan plesetan dari kata “agromart” yang artinya pasar agrobisnis. Agromaret diharapkan menjadi pusat market place untuk sektor agrobisnis. Target pasar dari Agromaret adalah semua masyarakat yang bergerak di bidang agrobisnis.

Manfaat

Agromaret memiliki banyak manfaat, baik kepada penjual maupun pembeli. Dari sisi penjual, mereka bisa memasarkan hasil pertanian langsung ke tangan konsumen tanpa dipotong biaya sama sekali. Selain itu, mereka berkesempatan memiliki jaringan pemasaran di seluruh Indonesia. Keuntungan lainnya, mereka mendapatkan jejaring dan mitra serta bisa menjual komoditas mereka dengan harga yang kompetitif.

Untuk pembeli, mereka bisa membeli komoditas yang dibutuhkan dengan harga kompetitif. Mereka juga bisa bertransaksi langsung dengan penjual tanpa ada pemotongan biaya. Proses transaksi juga aman karena menggunakan fitur rekening bersama.

Cara berbelanja di Agromaret sama seperti di e-dagang lainnya. Pertama, pembeli atau penjual daftar di laman Agromaret. Kedua, penjual atau pembeli bisa mengiklankan komoditas hasil pertanian atau kebutuhan mereka. Ketiga, pembeli bisa menggunakan fitur rekening bersama untuk transaksi yang aman.

Keempat, pembeli mengklik tombol beli dan mengirim penawaran ke penjual. Kelima, pembeli melakukan negosiasi. Keenam, jika harga cocok, penjual mengirim tagihan. Ketujuh, pembeli membayar tagihan dan melakukan konfirmasi. Kedelapan, Agromaret akan melakukan verifikasi. Kesembilan, jika verifikasi lolos, penjual akan mengirim barang.

Kehadiran fitur negosiasi di Agromaret memang menarik. Fitur ini dibuat agar pembeli bisa melakukan negosiasi tentang spesifikasi barang, harga, dan metode pengiriman kepada penjual. Hal ini karena pembeli cenderung melakukan validasi dulu terhadap beberapa hal sebelum melakukan transaksi.

“Saat ini, Agromaret masih fokus untuk pengenalan platform lebih luas lagi dari sekarang. Namun, Agromaret telah bekerja sama dengan IPB sehingga diharapkan kami dapat memberikan platform yang benar-benar memberikan solusi kepada masyarakat luas di bidang pertanian, khususnya bagi petani Indonesia,” pungkas Fandi. [INO]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 7 November 2017