Pembatasan sosial memang membuat banyak orang stres, termasuk anak-anak. Berada terus-menerus di rumah, anak dengan level stres yang meningkat bisa jadi akan lebih rewel dan kerap bertengkar dengan saudara kandungnya.

Masa jeda yang panjang dari aktivitas belajar di sekolah memang membuat anak punya lebih banyak waktu bersama keluarga di rumah. Namun, aktivitas yang kurang variatif dan berkurangnya kesempatan untuk bermain dengan teman sebaya bisa membuat anak stres. Apabila punya saudara kandung, emosi-emosi negatif ini bisa lebih mudah memicu pertengkaran.

Apabila Anda sebagai orangtua mengalami hal ini, ada beberapa strategi yang dapat dicoba untuk mengelola emosi anak-anak ini. Simak tips berikut ini.

1. Ciptakan “tabungan kebaikan”

menolong sesama
Ajarkan untuk saling berbagi, memuji, dan membantu dalam “tabungan kebaikan”. (Shutterstock)

Konflik antar-anak biasanya timbul ketika sama-sama berkompetisi mendapatkan perhatian orangtua. Fasilitasi mereka untuk saling   mendukung dengan “tabungan kebaikan”. Konsepnya, anak-anak harus membuat tabungan itu penuh dengan cara melakukan kebaikan, misalnya berbagi, memberikan pujian, menawarkan bantuan, atau membereskan mainan. Ketika tabungan ini penuh atau mencapai target, berikan semacam hadiah untuk keluarga, seperti seloyang piza atau buku cerita baru.

Celengannya bisa menggunakan kaleng atau stoples bekas yang dihias bersama. Agar lebih menarik, bisa gunakan kelereng untuk satu poin kebaikan. Ketika tabungan penuh atau mencapai target tertentu, hadiah diberikan. Dorong juga anak untuk melaporkan kebaikan saudaranya agar celengan cepat penuh. Dengan cara ini, alih-alih berkompetisi, mereka akan saling mendukung untuk melakukan hal-hal baik.

2. Gunakan pengatur waktu untuk aktivitas berbagi

waktu luang anak dengan kegiatan

Sebagai orangtua, mungkin Anda merasa sering sekali ada momen-momen anak-anak menginginkan mainan yang sama pada waktu bersamaan. Meskipun kadang membuat frustrasi, ini kesempatan untuk mengajari mereka tentang berbagi. Jelaskan bahwa setiap anggota keluarga boleh menggunakan mainan tersebut. Oleh karena itu, kita perlu berlapang dada dalam bergiliran. Untuk membantu, gunakan pengatur waktu atau timer. Alarm akan berbunyi jika waktu satu orang habis. Saatnya bergantian.

3. Pastikan anak tetap aktif secara fisik

Agar konflik antar-anak tidak terlalu sering, pastikan setiap harinya anak melakukan kegiatan fisik yang cukup membuat mereka berkeringat.

Selain baik untuk kesehatan, olahraga dalam beragam bentuk juga akan membuat suasana hati lebih baik. Cari cara yang kreatif, entah bermain petak umpet di dalam rumah, membersihkan daun-daun di halaman, ataupun membuat koreografi sederhana bersama anak.

4. Tertibkan jadwal harian anak

Saran ini mungkin sudah sering diulang-ulang. Namun, yang satu ini memang benar-benar penting untuk membantu anak melalui hari-harinya  dengan emosi yang lebih terkendali. Pastikan mereka punya jadwal atau   rutinitas yang cukup teratur setiap harinya. Bangun pagi, mandi, makan, bernutrisi seimbang. Rutinitas ini akan membuat tubuh terasa sehat, yang penting untuk suasana hati yang baik.

5. Ciptakan area jeda individual

Kadang-kadang, anak-anak juga jenuh berinteraksi dengan saudara kandungnya setiap hari. Berikan anak-anak ruangnya sendiri untuk “me time” ketika mereka membutuhkan jeda. Ini bukan berarti satu ruang khusus yang terpisah. Bahkan, di rumah yang kecil, Anda masih bisa menciptakan ruang atau sudut khusus untuk anak, misalnya di kamar Anda, di sudut baca, atau di teras belakang.

Di sudut itu, sediakan barang-barang agar mereka bisa menikmati waktu sendiri. Entah itu buku gambar dan kertas warna, buku cerita, boneka, bantal sofa, ataupun selimut. Ketika anak-anak mulai terlihat rewel atau bosan bermain bersama, ingatkan mereka bahwa mereka punya area jeda sendiri-sendiri.