Menyesap secangkir cokelat ditemani sepotong kue memang sungguh kenikmatan tiada tara. Terlebih bila dinikmati ketika hujan rintik.

Pada saat awal ditemukan, mungkin tidak ada yang menyangka bila olahan biji kakao ini mampu memberikan sensasi menyenangkan bagi para penikmatnya. Bahkan, bagi Suku Maya, kebiasaan minum cokelat sudah dimulai sekitar tahun 450 SM-500 SM. Konon, konsumsi cokelat dianggap sebagai simbol status penting pada masa itu. Bukan sekadar olahan biji kakao, Suku Maya mengonsumsi cokelat dalam bentuk cairan berbuih yang ditaburi lada merah, vanila, atau rempah-rempah lain.

Berikut ini, lima fakta tentang cokelat.

Awalnya dikonsumsi sebagai minuman 

Seperti dikutip dari Wikipedia, pada awal abad ke-17, cokelat menjadi minuman penyegar yang digemari di istana Spanyol. Sepanjang abad itu, cokelat menyebar di antara kaum elite Eropa. Semua cokelat Eropa awalnya dikonsumsi sebagai minuman. Baru pada 1847, ditemukan cokelat padat. Cokelat Eropa awalnya diramu dengan cara yang sama dengan yang digunakan Suku Maya dan Aztec.

Rasanya tidak enak kalau berdiri sendiri

Rasa cokelat masih sulit didefinisikan. Dalam bukunya, Kaisar Cokelat (Emperors of Chocolate), Joel Glenn Brenner menggambarkan riset terkini tentang rasanya. Menurut Brenner, rasa cokelat tercipta dari campuran 1.200 macam zat, tanpa satu rasa yang jelas-jelas dominan. Sebagian dari zat itu rasanya sangat tidak enak kalau berdiri sendiri. Oleh karena itu, sampai kini, belum ada rasa cokelat tiruan.

Hadir ke Indonesia melalui Filipina

Dalam perkembangannya, cokelat juga merambah ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Di Indonesia, Spanyol melalui negara koloninya, Filipina mulai membudidayakan pohon kokoa sejak tahun 1560. Sejarawan kuliner sekaligus dosen Departemen Sejarah Universitas Padjajaran Fadly Rahman dalam laman Kompas.com menyebut bahwa pemerintah Belanda saat itu masih fokus menggarap kopi dan teh saja.

Pasca-kemerdekaan, cokelat di Indonesia pun semakin berkembang dan memiliki beraneka merek. Saat itu pula, cokelat mulai dikonsumsi oleh seluruh kalangan masyarakat. Hingga saat ini, perkembangan cokelat di Indonesia juga terus berjalan.

Indonesia juga berada di urutan ketiga sebagai negara penghasil kakao terbesar di dunia. Indonesia memproduksi kakao sebanyak 777,5 ribu ton. Ada belasan hingga puluhan merek cokelat lokal buatan Indonesia yang dapat dibeli dengan mudah.

Dulu hanya dinikmati kalangan elite

Dalam salah satu iklan lawas terdapat merek cokelat yang cukup populer saat itu, namanya “Tjoklat”. Dalam iklan tersebut, tampak wanita Melayu menggunakan kemben dan sanggul, duduk bersimpuh mempersembahkan sebakul buah kakao. Hal ini menunjukkan bahwa sejak dulu, masyarakat Indonesia sudah menikmati kelezatan cokelat walaupun mungkin hanya kalangan elite yang mampu menikmatinya. Pendapat ini mungkin saja benar mengingat dulu cokelat pertama kali dikonsumsi oleh penduduk Mesoamerika kuno sebagai minuman dan dipercaya bahwa hanya bisa dikonsumsi oleh para bangsawan.

Kini, siapa pun bisa menikmatinya

Bila dulu hanya kalangan elite yang dapat menikmati cokelat, kini, berbagai kalangan dapat menikmati cokelat dengan harga yang beragam sesuai dengan kualitas yang ditawarkannya. Berkembangnya zaman, cokelat tidak lagi hadir dalam bentuk batangan atau minuman berbasis cokelat. Kini, cokelat juga hadir dalam bentuk pastry, snack atau bahkan cake.

Kini, cokelat dapat dinikmati kapan saja di mana saja dan bahkan oleh siapa saja. Pada era pandemi sekalipun, para penikmat cokelat tak lantas kehilangan momen untuk menikmati cokelat di rumah. Mereka juga dapat terus menikmati minuman atau makanan berbasis cokelat karena teknologi memungkinkan penikmat untuk mendapatkan informasi produk dan pemesanan anytime, anywhere. Dengan aplikasi Dapur Cokelat yang user-friendly, pelanggan dengan mudah dapat memesan aneka cokelat kesukaan atau kue favorit termasuk pemilihan tanggal dan jam delivery, pilihan sistem delivery, metode pembayaran yang mudah, serta dapat dipersonalisasi dengan pesan khusus yang ingin diberikan oleh pemesan kepada penerima produk.

Perkembangan zaman dan teknologi memang sangat memanjakan dan memudahkan. Cokelat memang memiliki pesona yang tak lekang oleh waktu. Siapa pun orangnya, tak memandang usia, pasti akan sulit menolak ajakan untuk menyesap secangkir cokelat hangat yang ditemani sepotong kue di kala hujan. [AYA]