Banyak orang merasakan urgensi untuk mengurangi dampak dari perilaku sehari-hari mereka terhadap lingkungan. Kita memang terlalu banyak memakai energi dan menghasilkan polusi. Salah satu cara untuk kurangi jejak karbon ini terletak pada keputusan-keputusan kita terkait konsumsi makanan.

Pengertian jejak karbon

Jejak karbon adalah jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari beragam kegiatan manusia pada kurun tertentu. Gas-gas yang sering disebut gas rumah kaca ini akan memerangkap panas sehingga berdampak pada naiknya temperatur Bumi. Aktivitas manusia yang meninggalkan jejak karbon paling tinggi antara lain penggunaan kendaraan dengan bahan bakar fosil, penggunaan energi listrik dan air, serta konsumsi makanan.

Baca juga :

Karena penyebab timbulnya jejak karbon beragam, sebenarnya ada banyak cara untuk meminimalkan jejak karbon. Namun, memulainya dari makanan adalah awalan yang baik. Makanan menyumbang emisi yang besar karena prosesnya yang panjang sebelum sampai di piring kita, mulai dari peternakan atau lahan pertanian, gudang, pengemasan, toko, sampai kita beli.

Nah, pilihan-pilihan kita menentukan seberapa besar jejak karbon yang kita sumbangkan ke lingkungan. Berikut ini beberapa cara untuk meminimalkannya.

1. Beli yang lokal dan sesuai musim

beli sayur-sayuran di pasar lokal

Cara untuk kurangi jejak karbon adalah membeli makanan lokal berarti memperpendek rantai distribusi. Bayangkan berapa banyak energi yang dihabiskan jika makanan kita menempuh jarak yang begitu jauh. Selain itu, pilih yang segar dan sesuai musim, misalnya untuk jenis buah-buahan.

Membeli makanan sesuai musim lokal memastikan bahwa bahan pangan tersebut tidak disimpan lama oleh pengepul (yang juga menghabiskan lebih banyak energi dan sumber daya untuk penyimpanan), atau tidak diimpor dari tempat lain.

 2. Kurangi kemasan plastik

Menggunakan lebih sedikit plastik sangat penting untuk transisi ke gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Bungkus plastik, tas plastik, atau kontainer plastik sangat sering kita jumpai di industri makanan.

Padahal, plastik sekali pakai adalah kontributor terbesar gas rumah kaca. Anda bisa menguranginya dengan beberapa cara, misalnya membawa tas belanja sendiri ke pasar atau swalayan, membawa wadah untuk membeli makanan, atau tidak sering-sering membeli makanan yang dibungkus.

3. Variasikan sumber protein

Jika saat ini Anda lebih kerap mengonsumsi daging sebagai sumber protein, variasikanlah dengan sumber protein nabati. Hewan ternak besar, seperti sapi, membutuhkan banyak lahan dan makanan. Kotorannya juga tinggi kandungan gas metana. Kacang-kacangan, jamur, dan biji-bijian juga amat baik sebagai sumber protein.

4. Kurangi makanan kemasan atau kalengan

Makanan-makanan yang sudah diproses mempunyai jejak karbon yang lebih tinggi ketimbang makanan segar. Alasannya, makanan berkemasan harus melalui proses yang panjang, dari pemotongan, pengeringan, pengasinan, pengawetan, pendinginan, dan pengemasan. Jadi, lebih baik kita olah langsung dari bahan yang segar, ya!

5. Makan secukupnya

Selain menyumbang lebih banyak jejak karbon, mengasup kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh akan memicu kegemukan dan penyakit-penyakit lain. Opsi untuk mengurangi kalori sekaligus jejak karbon misalnya dengan membatasi makanan tinggi kalori, seperti permen, soda, atau makanan cepat saji.

6. Jangan sisakan makanan

jangan sisakan makanan saat makan.

Sisa makanan juga menjadi penyumbang besar emisi gas rumah kaca. Sisa makanan ini menumpuk di tempat pembuangan akhir dan menghasilkan gas metana. Usahakan tidak membuang makanan.

Sebagai bagian dari cara untuk kurangi jejak karbon, kamu bisa mengambil secukupnya di piring, simpan sisa makanan, dan beli hanya yang makanan yang bisa kita habiskan. Bisa juga kelola sisa makanan dengan membuangnya di lubang biopori atau mengolahnya sebagai kompos.

7. Tanam sendiri bahan pangan

Menanam bahan pangan di pot atau kebun akan memangkas jejak karbon dari transportasi dan distribusi bahan pangan. Selain membuat kebun atau menanam di rumah sendiri, bisa juga Anda menanamnya bersama komunitas, kelompok RT atau kompleks perumahan, misalnya. Lahan bersama bisa dikelola menjadi kebun pangan.